Kamis, 13 Januari 2011

Dia, Tanpa Aku (Esti Kinasih)

Sinopsis:

Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu sampai Citra masuk SMA, karena itu ia hanya bisa mengamati Citra dari jauh.

Saat yang ditunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya tiba. Citra masuk SMA! Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya, Reinald, dan sekelas pula. Namun, keinginan dan harapan terbesar Ronald untuk mendekati Citra tak pernah terwujud. Cowok itu kecelakaan dan tewas di tempat, tidak jauh dari rumah Citra.

Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian kakaknya. Rasa marah dan keinginannya untuk menyalahkan Citra membuat sikapnya terhadap cewek itu menjadi penuh permusuhan. Keduanya kemudian kerap bertengkar tanpa Citra tahu pasti alasan sebenarnya .

Sikap Reinald berubah drastis ketika Citra memutuskan untuk tidak lagi mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap Reinald itu tanpa sadar mendekatkan keduanya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum kakaknya.

"Gue suka cewek lo," ucap Reinald suatu hari di depan foto Ronald. Dan itu membuat sang kakak kemudian "kembali"!

------------------------------------------------------------------------------------------- 

Mengisahkan tentang kakak-beradik, Ronald (2 SMA) dan Reinald (3 SMP). Ronald sang kakak jatuh cinta pada Citra (3 SMP). Selama ini, Ronald sering melihat Citra dari taman di seberang SMP-nya dan memotretnya. Tentu saja diam-diam, sebab Citra tidak mengenal Ronald. Saking cintanya, Ronald juga menuliskan beberapa karakteristik dan kesukaan Citra. Sampai sedetail-detailnya. Ronald pengen banget nembak Citra, tapi ia menunggu sampai Citra menduduki bangku SMA. Sebab baginya, anak SMP belumlah ’dewasa’. Ronald pun sampai rela-rela tidak jajan seharian demi menabung uang sakunya untuk membeli kaus dan jins incarannya di sebuah toko. Rencananya, dia bakal pake tu kaos dan jins pas mau ngedeketin Citra—awalnya sih ngajak kenalan dulu.

Kesempatan ngobrol dengan Citra pun datang. Ronald sempat menolong Citra yang dikejar teman-temannya saat ia usil menginjak kubangan air dan mengotori rok teman-temannya. Citra sempat berkenalan dengan Ronald dan Andika, teman Ronald. Hanya sekadar menanyai nama.

Tapiiii.... ternyata Citra masuk ke SMA yang sama dengan Reinald, bukan SMA yang sama dengan Ronald. Ronald rada kesel sama Reinald, apalagi menurut Reinald Citra itu lumayan lucu. Ia khawatir, bakal banyak yang naksir Citra dan dia nggak bisa mengawasi cewek itu. Maka ia meminta Reinald menjaga Citra. Sebagai ganti dirinya.

Tapi, Tuhan punya rencana lain.

Saat Ronald udah kesampaian beli kaus+jins incarannya dan ngedatengin rumah Citra untuk ngajak kenalan, sebuah mobil menabraknya, dan Ronald langsung tewas di tempat. Yeah, ironis... Citra bahkan tak sempat mengenal Ronald.

Reinald menganggap kematian Ronald adalah salah Citra. Tiap hari, ia bertengkar dengan Citra. Citra yang juga kesal padanya—dan terperangkap, duduk bersamanya di kelas—menanggapi pancingan Reinald. Padahal, semua itu dilakukan Reinald demi menjaga Citra agar tidak kemana-mana atau ’diambil’ cowok lain. Ia menganggap Citra adalah ’bagian’ dari Ronald yang masih tertinggal di dunia.

Citra yang awalnya jengkel dan menanggapi, lama kelamaan mulai cuek. Ia tidak berkomentar tiap Reinald memarahinya. Ia juga pergi begitu saja saat Reinald mulai bicara pedas padanya.

Tapi tanpa  sadar, justru sikap cuek Citra adalah awal kedekatan mereka.

Suatu ketika, Citra yang tidak membawa buku PKN—yang gurunya killer terhadap murid yang tidak bawa buku—kelabakan. Reinald kasihan, dan meminjamkan bukunya pada Citra. Ia sendiri memakai buku lain sebagai kamuflase. Tapi sialnya, ia ketahuan dan bahkan dikeluarkan dari kelas. Daripada pusing, Reinald memilih nongkrong di kantin sampai jam PKN selesai. Citra yang khawatir, menyusulnya ke kantin dan akhirnya... mereka malah ngobrol-ngobrol.

Setelah itu, hubungan Citra-Reinald bukan lagi seperti sebelumnya, yang layaknya anjing dan kucing. Mereka bertambah dekat, dan... berteman. Yep, berteman baik. Reinald selalu ada sebagai ’perisai’ yang melindungi Citra bila teman-teman marah karena keisengan Citra yang kadang keterlaluan. Reinald selalu ada di saat Citra membutuhkannya. Namun, bagi Reinald, semua itu demi ’Citra-yang-adalah-bagian-dari-Ronald-yang-masih-tertinggal-di-dunia’.

Suatu ketika, keisengan Citra menjadi-jadi. Salah satu temannya, Didot, dendam. Ia bertekad membalas Citra. Dan, hari itu datang. Hari dimana Citra lagi datang bulan, dan hari dimana ia harus bolak-balik ke kamar mandi. Didot yang punya 4 kakak cewek dan tau tanda-tandanya, langsung memanfaatkan momen ini untuk balas dendam. Didot juga tahu, bahwa pada jam terakhir, Citra ’bocor’. Banyak. Pulang sekolah, saat Citra dan Reinald—yang juga tau masalah ’bocor’nya Citra—melintas lapangan, Didot mencegat mereka. Didot berceloteh tentang Jepang, dan terakhir—menyinggung bendera Jepang (well, bendera Jepang kan warnanya putih dengan lingkaran merah di tengah. Yaaaah bisa ditebak sendiri lah artinya apa...).

Orang-orang di lapangan sudah tau maksud Didot, dan meneriaki dan menggoda Citra. Daaaan datanglah aksi penyelamatan dari... *jrengjreng*... Reinald! Reinald membuka seragamnya dan melingkarkannya di sekeliling pinggang Citra demi membantu menutupi roknya. Aksinya itu ditanggapi oleh seluruh warga sekolah, yang kini mengira mereka berdua sudah jadian.

Semenjak itu, Reinald mengantar-jemput Citra. Pada saat itu juga, Reinald menyadari satu hal. Ia menyukai Citra. Ia bertekad, tak akan lagi menjaga Citra demi Ronald. Ia ingin menjaga Citra, untuk dirinya sendiri.

Tapi pilihannya justru mendatangkan masalah lain. Ronald ”kembali”. Cowok itu muncul, dalam bentuk ’abstrak’. Reinald jadi sering sial, sampai nggak bisa jemput Citra. Dugaannya membuatnya yakin, ketika Citra bercerita ia mendapat bunga dari seorang cowok yang ditabraknya di jalan. Pasalnya, bunga itu adalah bunga yang sama yang dipegang Ronald ketika dulu akan datang ke rumah Citra untuk ngajak kenalan!

Puncaknya adalah, ketika Reinald dan Citra belajar bersama sore-sore, ditemani Andika yang kebetulan datang mengembalikan barang. Citra menyetel radio, dan dari radio terdengar suara ’Ronald’! Ronald yang bercerita tentang dirinya yang naksir Citra, bagaimana pengejarannya terhadap cewek itu. Tak hanya itu, ’Ronald’ juga cerita tentang adik cowoknya (yang tak lain adalah Reinald), dimana mereka kadang akur kadang layaknya anjing-kucing.

Menegaskan bahwa ’Ronald’ memang kembali. Citra menelepon stasiun radio tersebut dan bicara pada Ronald. Ronald juga bicara pada Reinald, menyampaikan pesan-pesannya. Untuk menjaga Citra. Kali ini, bukan untuk Ronald. Tapi untuk Reinald sendiri. Terakhir, ia berpesan agar mereka semua baik-baik saja. Dan setelah itu... Ronald pergi. Benar-benar pergi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Well... Kisahnya rada beda kayaknya dari novel Esti Kinasih sebelum-sebelumnya.  Walaupun saya kurang suka Ronald-nya meninggal (mengingat perjuangannya mendekati Citra)... Tapi tetep, top kok! Akhirnya juga mengesankan, tidak terjelaskan dengan kata-kata tapi kita dibuat mengerti oleh narasinya.




Judul             : Dia, Tanpa Aku
Pengarang   : Esti Kinasih
Penerbit        : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal              : 208 halaman
ISBN               : 979-22-3441-1

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com