Jumat, 11 November 2011

Morning Light (Windhy Puspitadewi)

Sinopsis:

Aku seperti bunga matahari yang selalu mengejar matahari, hanya melihat pada dia: matahariku. Aku mengagumi kedalaman pikirannya, caranya memandang hidup—malah, aku mati-matian ingin seperti dirinya.

Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar bayang-bayang. Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak sampai lupa kemampuan diriku sendiri.

Aku bahkan mengabaikan suara lirih di dasar hatiku. Aku buta dan tuli. Dan di suatu titik akhirnya tersungkur. Saat itulah aku mulai bertanya-tanya: apakah dengan menjadi seperti dia, aku pun akan dicintai?

* * *

Lagi-lagi, dan lagi, saya jatuh cinta sama covernya. Jujur deh Gagas Media itu bagus banget dalam hal desain covernya. Tapi kadang, hati-hati, covernya bisa menipu. So don’t judge the book by its cover. Tapi kali ini saya bukan mau membahas covernya menipu, atau isinya tidak sesuai, atau apalah itu. Saya hanya mau mengatakan, saya suka covernya, gambar bunga matahari dengan sekelilingnya nuansa kuning cerah. Sinopsisnya pun, bernuansa bunga matahari.

Oke, lanjut aja ke kisahnya~


Mengisahkan 4 sahabat yang mulai berteman saat SMP—Devon, Sophie, Agnes, Julian. Devon dan Sophie adalah teman sejak kecil yang selalu sama-sama dari TK sampe SMA, dan baru bertemu Julian dan Agnes di SMP karena mereka berempat kebetulan telat upacara penerimaan murid baru dan terpaksa dihukum bersama.

Layaknya kisah persahabatan biasa, mereka selalu berempat dalam tiap event. Pas SMA, mereka harus misah-misah kecuali Devon dan Sophie yang masuk ke sekolah yang sama. Tapi tetep aja, pulang sekolah bareng.

Konflik utama yang ditunjukkan pada sinopsis: empat sahabat ini mempunyai masalah yang mirip.

Devon, yang digembleng habis-habisan oleh ayahnya yang adalah mantan pemain sepak bola terkenal—yang harus berhenti karena cidera, berusaha mati-matian tiap kali latihan dengan sang ayah, dengan harapan agar bisa seperti si ayah.
Sophie, yang berprofesi sampingan sebagai penulis novel, berjuang keras agar dapat mengimbangi dan tidak mempermalukan nama besar sang ibu sebagai penulis terkenal.
Agnes, dengan segala kegemarannya memasak, berusaha agar orangtuanya mau menerimanya sepenuhnya, bukan menyamainya dengan kakaknya.
Julian, dengan segala obsesinya untuk mengejar sang kakak dan sang ayah dalam bidang Matematika agar tidak mengecewakan keduanya dan bisa berkiprah di bidang yang sama.

Dari situ bisa terlihat, bahwa keempat sahabat itu dituntut menjadi apa yang mereka pikir mereka bisa lakukan dengan baik, padahal jauh di dalam diri mereka ada kemampuan lain yang bisa mereka kembangkan dengan luar biasa.

Benar-benar seperti bunga matahari yang mengikuti matahari.

Seiring dengan berjalannya waktu, mereka mengalami dan menghadapi kesulitan dalam usaha mereka. Tapi di situlah peran sahabat. Mereka menyadari kemampuan lain sahabatnya, lalu berusaha menyadarkan mereka dengan caranya sendiri-sendiri.

* * *

Kalau kamu membaca novel ini dan mengharapkan kisah persahabatan yang berujung pada cinta segi-4, maka kau salah. Novel ini tidak memuat unsur cinta segibanyak yang biasa dimasukkan dalam novel persahabatan beda gender lainnya. Malahan, unsur romance bisa dibilang sedikit. Yah, oke, memang kadang terlihat di sela-sela kejadiannya.

Kisah cintanya dimulai dengan pura-pura pacaran antara 2 orang tokoh tanpa rasa cinta, hanya untuk status untuk melindungi salah satu dari mereka semata. Tapi lambat laun, keduanya menyadari perasaan masing-masing.

Bagus, saya suka novel ini. Walaupun konflik yang samaan antara 4 tokoh utamanya, tapi memang itulah tujuannya. Alurnya juga berjalan lancar, tidak bertele-tele, dan gampang dimengerti. Kisah yang sederhana, tapi lumayan menohok untuk moralnya—jangan menjadi seperti orang lain untuk orang lain pula atau demi nama orang yang kau tiru. Just be yourself.


Knowing others is intelligence;
Knowing yourself is true wisdom.
Mastering others is strength;
Mastering yourself is true power.
(Lao Tzu)

A true friend knows your weakness, but shows you your strength;
Feels your fears but fortifies your faith;
Sees your anxieties but free your spirit;
Recognize your disabilities but emphasizes your possibilities.
(William Arthur Ward)



My Rating :





Judul             :  Morning Light
Pengarang   :  Windhy Puspitadewi
Penerbit        : Gagas Media
Tebal              :  180 halaman
ISBN              :  978-979-78-0433-6


Regards,

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com