Senin, 26 Maret 2012

Writer vs Editor (Ria N. Badaria)


Sinopsis:

Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan... Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Nuna R. Mirja, bekerja sebagai pegawai swalayan padahal bercita-cita menjadi penulis. Nuna menyebutnya sebagai "pelencengan rencana hidup".

Berkali-kali menerima penolakan dari berbagai penerbit atas naskahnya sudah cukup menjadi alasan Nuna untuk melupakan cita-citanya. Hingga ia menerima surat dari salah satu penerbit yang menyatakan naskahnya layak untuk diterbitkan. Sepucuk surat yang membuat Nuna berpikir hidupnya akan mulai berjalan sesuai rencana.

Sayangnya dia salah. Ini justru awal dari berbagai pelencengan rencana hidup lainnya. Mulai dari mendapat editor yang sangat menyebalkan untuk naskahnya. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya, sosok sempurna yang selalu membuatnya patah hati, setiap kali ia menyadari perasaannya takkan pernah tersampaikan. Hingga kehilangan orang yang begitu penting dalam hidupnya, yang mengharuskannya berusaha lebih keras di antara dilema cinta yang datang tak terduga.

* * *

Hidup Nuna berubah total semenjak ia dihubungi bahwa naskahnya diterima di sebuah penerbit. Ia yang hanya karyawan sebuah swalayan pun harus berurusan dengan editornya di penerbit GlobalBooks, Rengga. Tapi karena Nuna tidak punya ponsel, Rengga sulit menghubungi Nuna. Selain itu, Rengga juga disulitkan oleh Marsya, pacarnya, yang sifat konsumtifnya akan aksesoris semakin menguras rekeningnya.

Bahkan ketika Nuna mempunyai ponsel, kesulitan tetap saja datang. Seperti saat Rengga menelepon di saat Nuna sedang kerja, tiba-tiba atasan Nuna yang supergalak datang, otomatis Nuna memutuskan sambungan teleponnya. Membuat Rengga keki setengah mati. Alhasil, ia dan Radit, teman sesama editor, berniat mengerjai Nuna; dengan cara membuat Nuna (secara paksa) membayar semua pesanan ketika mereka (plus Radit) ketemuan di restoran. Alasannya sih, untuk membahas kelanjutan novel Nuna. Sejak saat itu pula, Nuna jadi membenci Rengga dan Radit.

Kemudian, di kantor Rengga kedatangan Kepala Redaksi Fiksi (alias atasan Rengga) yang baru, Arfat. But hey, siapa sangka, ternyata Arfat adalah saudara jauh Nuna—sekaligus teman kecil Nuna? Kedekatan mereka yang tercipta setelah 6 tahun tidak bertemu itu tanpa disadari membuat Rengga gampang menghubungi Nuna sekaligus saling mendekatkan keduanya—dan menghapus segala imej buruk masing-masing.

Walau Rengga harus berterimakasih pada Arfat karena itu, tapi mengapa hati Rengga terasa mengganjal ketika melihat kedekatan Arfat dan Nuna yang memang tidak biasa? Sementara bagaimana juga Nuna harus menata hatinya ketika Rengga selalu muncul di saat ia butuh pertolongan tapi di saat yang lain menghancurkan harapannya karena kata-kata sinisnya? Keadaan semakin diperburuk, ketika Marsya terus muncul dan Arfat menguak kebenaran tentang dirinya...


“Tapi dengan membiarkan orang yang kita cintai bahagia seharusnya sakit itu bisa kita tolerir.” (hlm.274)


Hm. Oke, review di atas agak lebay, maaf ya, tapi memang itulah kebenarannya (y).

Ceritanya umum sih. Agak menjurus ke drama Korea , karena memang si Nuna suka drama Korea gitu. Dan hey, ternyata yang ada di drama Korea malah menimpa dirinya. Bukannya berbunga-bunga karena ‘ketimpa bibit-bibit unggul’ (mengutip kata-kata temannya Nuna), Nuna malah deg-degan, cemas, dan galau setengah mati :D

“Cinta takkan ada artinya kalau untuk mendapatkannya kita menyakiti orang yang kita sayangi.” (hlm.292)

Gaya bahasanya udah enak, tapi untuk alur ada yang mengganjal di (spoiler!) bagian kedatangan Marsya ke kantor Rengga. Kemunculannya seperti dipaksakan untuk lebih membakar suasana antara Rengga dan Nuna. Apalagi tidak dijelaskan gimana bisa Marsya ‘tobat’ dan juga kelanjutan Marsya dan Rengga setelah bertemu. Juga adegan di (spoiler!) bandara itu. Jadi bikin makin mirip drama deh.

Mengenai karakter, saya suka karakter Radit :D. Dia lucu, mood maker, dan obrolannya dengan Rengga serta celetukan ringannya membuat suasana novel ini tidak melulu menye-menye dan mellow. Apalagi ketika ia mendengar perkembangan kisah cinta Rengga. Adaaa saja komentarnya untuk membangun mood Rengga yang pada akhirnya cuma bikin Rengga makin bingung dan jadi kesal pada Radit. XD

Overall, ceritanya bisa ditebak walaupun tetap bikin ketar-ketir sampe ke endingnya. Penulis benar-benar jago memainkan emosi pembacanya. Dan ah, tak lupa untuk amanat yang merujuk pada lika-liku kehidupan Nuna:

“Hidup memang tidak selalu berjalan sesuai rencana atau kehendak manusia. Akan selalu ada kejutan di setiap sesinya, entah kejutan itu akan berakhir menyenangkan atau tidak, tergantung dari mana kita sebagai pelaku hidup ini melihatnya. Maka di sinilah manusia, pelakon hidup yang harus siap menghadapi kehidupan yang penuh misteri, dengan atau tanpa rencana.” (hlm.307)


My Rating:






Judul : Writer vs Editor
Pengarang : Ria N. Badaria
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 307 halaman
ISBN : 978-979-22-6586-6


Regards,

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com