Rabu, 15 Januari 2014

Kintaholic (Primadonna Angela)

Judul : Kintaholic 
Penulis : Primadonna Angela 
Penerbit : Gramedia  
Tebal : 248 halaman 

Sinopsis : 

Impian Yanik—sahabat Lietha Arindina di Belanglicious—akhirnya tercapai juga. Dia jadi pemeran movie bersama Nishio Kintaro, yang saking populernya di seluruh dunia, memiliki banyak Kintaholic—para fans yang mengidolakannya sampai nyaris melampaui batas kewarasan!

Hidup Yanik langsung diwarnai berbagai pengalaman seru. Mulai dari usahanya untuk menghitamkan kulit, frustasi mencari tempat curhat mengenai perasaannya pada Kinta, jalan-jalan di Disneyland, nyasar dan diganggu para berandalan… Belum lagi mesti menghadapi manajer Kinta yang rese, mantan pacar Kinta yang kembali dalam kehidupan Kinta, fans Kinta yang menyebalkan, hingga Lietha yang membenci para Kintaholic…

Nah lho, gimana dong?! Mana bisa Yanik megaku pada Lietha bahwa dia adalah salah satu Kintaholic?


Review : 

Kintaholic ini sebenernya lanjutan dari novel Belanglicious (yang belum sempet saya review #ups). Kalo Belanglicious menceritakan tentang Lietha-Aldi, maka Kintaholic menceritakan tentang sahabat Lietha, Yanik dan lika-liku hidupnya.


Perjalanan Yanik dimulai dari dirinya ikut casting film yang dibintangi Kinta. Film ini memang sengaja mencari perempuan Indonesia. Yanik lolos casting walaupun hanya sebagai pemeran pembantu—yeah, mending daripada figuran. Maka dimulailah perjalanan Yanik ke Jepang, ditemani Lietha dan Aldi. Mulai dari duduk sebelahan sama Kinta di pesawat, tinggal di rumah Kinta (yang berarti mereka akan satu atap!), main film bareng Kinta, jalan-jalan dengan keluarga Kinta, daaan lain-lain. 

“Aku percaya kita bisa jadi apapun yang kita inginkan—kalau kita berusaha keras untuk itu. Mungkin derajat kesuksesan yang kita raih nggak setinggi yang kita harapkan, rezeki orang beda-beda, kan. Masih mendingan daripada bengong berharap mimpi kita akan terkabul dalam semalam. Ibu peri kan hanya ada di dongeng Cinderella!” (hlm.106) 

Ada satu hal yang, jujur, geli banget. Di halaman 26, ada penuturan mengenai 13 hal tentang “Kamu Tahu Kamu Seorang Kintaholic Kalau…” dan, you know what, di nomor 11 ada begini :  

11. Kamu menulis nama Kinta di semua barang yang kamu miliki—bahkan bra dan celana dalam sekalipun. (hlm.26) 

Oh God! Sesuka-sukanya saya sama seorang idol, nggak pernah (koreksi: nggak akan pernah seumur hidup saya) mencoreti bra dan celana dalam saya sendiri dengan namanya! Masih banyak tempat untuk dicoretin, kenapa harus bra dan celana dalam?? Entah harus dipuji atau apa ide Mbak Primadonna Angela ini, tapi sukses deh bikin saya ketawa, hahaha!

Tapi, ada satu hal yang mengganjal. Menurut saya (apa ini hanya feeling saja atau memang) entah kenapa dialog Kinta di novel ini kurang. Kerasa banget kebanyakan yang ngomong itu si Yanik sendiri, Lietha, dan Aldi. Kebanyakan Kinta diceritakan oleh si Yanik, bukan ngobrol dalam dialog langsung. Kurang puas aja sih, jadi nggak tahu karakter si Kinta lewat omongannya. Tapi apa karena si Kinta ini orang asing ya, jadi dialognya dikit dan baku banget bahasanya :\ hiks.

Di balik saking jarangnya Kinta ngomong, ada satu kalimat yang sering banget diucapin Kinta sampe-sampe saya hapal: “Yanik-san, daijobu?”—yang artinya “Yanik baik-baik saja?” hahaha! Tapi saya paham sih. Saya juga nggak akan setenang itu kalo ada idol pujaan berada di bawah atap yang sama—atau duduk di sebelah saya persis dengan jarak nggak lebih dari 10 cm.

Anyway, suka banget sama tokoh Yanik. Dia lucu, menghadapi segala situasi dengan tenang dan nggak serius. Dan, suka banget sama semacam ‘artikel singkat’ di setiap akhir bab, berisi pengalaman Yanik atau apapun itu. Misalnya seperti tadi tuh, yang “13 Hal tentang Kamu Tahu Kamu Seorang Kintaholic Kalau…”; atau ada juga penjelasan mengenai berbagai jenis kimono untuk perempuan; daftar dorama yang dimainkan Kinta beserta sinopsisnya (yang tentu saja 100% mengarang tapi seperti nyata—well done!); hal-hal yang dipelajari selama musim panas di Jepang; dan lain-lain.

Selain porsi dialog Kinta yang kurang, ada lagi yang saya sesalkan: endingnya singkat. Maksudnya, hm lagi-lagi Kinta munculnya sedikiiit, dan rada ngegantung pula. Mana cewek-cewek yang deket sama Kinta kurang digimanain gitu biar pol cemburunya si Yanik, trus masa lalu si Kinta juga kurang jelas. Mbak penulisnya kok tegaan sama Kinta L 

Tapi overall saya suka kok. Beberapa kekecewaan tadi hanya karena hasrat terpendam saya untuk Kinta… oh no, apa sekarang saya seorang Kintaholic… dan dalam waktu dekat akan menulis nama Kinta di bra dan celana dalam saya?


Rating: 3/5




Regards,




0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com