Rabu, 14 Mei 2014

Project L (Muti Siahaan)

Pengarang : Muti Siahaan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Tebal : 232 halaman

Sinopsis :
Sarah—cewek jutek, antisosial, dan ditakuti teman-temannya. Danny—anak pindahan dari Bandung yang cute, ramah, dan dalam waktu singkat jadi cewek popular. Kepopulerannya membuat banyak cowok menyukai Danny. Walau awalnya seperti anjing dan kucing, Sarah dan Danny menjadi akrab lewat proyek mendirikan perpustakaan. Mereka jadi dekat dalam segala hal. Sarah juga membantu Danny untuk mendekat Tommy. Sayangnya, Tommy lebih memilih Sarah ketimbang Danny. Dan lambat laun, Sarah pun mulai menyukai perhatian dan kebaikan Tommy. Sarah jadi bingung. Dia menyukai Tommy, tapi juga tidak mau menyakiti perasaan Danny…

Review: 
Akhirnya, saya membaca teenlit setelah sekian lama rehat dari baca membaca. Ketika iseng liat arsip blog, jujur aja, miris gimana gitu melihat post terakhir adalah bulan Januari—saat liburan. Jadilah saya menyempatkan diri di tengah hectic-nya masa-masa mau UAS sekarang ini. Nggak tanggung, bacaan saya yang ringan-ringan untuk menyeimbangkan sekaligus menenangkan otak saya yang rasanya mmmh makin menggila sekarang ini. Oke, cukup curcolnya! :)

Jadiii, novel ini sebenarnya udah ketahuan garis besar ceritanya kalau dilihat dari sinopsisnya. Yup, garis besarnya. Sarah benar-benar jutek dan nggak punya teman dekat. Ibunya Sarah dan ibunya Danny adalah teman dekat. Danny yang dulu tinggal di Bandung punya lingkaran pergaulan yang nggak bener. Karena itu ibunya memindahkannya ke Jakarta, ke sekolah yang sama dengan Sarah sekaligus menitipkannya ke keluarga Sarah. Jadilah, Sarah serumah dengan Danny. Danny awalnya benci banget sama Sarah. Mereka jarang ngobrol karena Danny menganggap ibunya dan keluarga Sarah bersekongkol menjebaknya di sekolah yang penuh kedisiplinan.

Tapi perlahan mereka mulai dekat ketika Danny jatuh cinta pada Tommy. Tommy ini tuh tipe cowok klasik yang sering ditemui di novel teenlit: ganteng, baik, anak basket, anggota OSIS, supel, sporty, dan segudang keistimewaan lainnya. Sarah yang juga anggota OSIS jelas kenal dengan Tommy, makanya Danny mulai mendekati Sarah dan mengorek info dan perlahan mereka bersahabat. Penyebab lainnya adalah—seperti yang dijelaskan di synopsis—mereka bersama-sama membuat perpustakaan kecil di rumah Sarah supaya mendidik anak-anak kompleks rumahnya. Nah, dalam usaha mereka ini, perlahan Tommy membantu dan masuk di antara mereka. Sarah yang tadinya menutup hati rapat-rapat sama yang namanya cowok, mulai tersita perhatiannya.

“Dalam berteman, yang penting tuh elo cocok dan nyaman bersama mereka.” (hlm. 136)

Well, gue cukup suka novel ini. Khasnya teenlit: nggak berat-berat dan temanya juga keseharian. Sangaaat ringan, lumayan cepet juga bacanya cukup sehari J saya juga suka ide Sarah mendirikan perpustakaan. Jujur, udah lama banget pengen kayak gitu juga. Memanfaatkan buku-buku yang saya punya untuk dibaca orang lain juga, daripada hanya terpendam di lemari dan sesekali saja tersentuh kembali. Novel ini membangkitkan motivasi tersendiri bagi saya, sekaligus menjadi pembelajaran kalau jaga perpustakaan itu tak semudah yang dibayangkan (banyak godaan: males, bosen, mengantuk, dan lain-lain).

Tapi sepanjang saya membaca, ada 1-2 hal yang saya rasa kurang logis dan nggak menyambung satu sama lain. Contohnya, dua momen percakapan di bawah ini:



“… Eh Sar, elo tau nggak kalau Tommy suka Tupac Shakur?” tanya Danny sebelum melangkah keluar.
Sarah menghentikan gerakannya Apa dia nggak salah dengar? “Siapa?”
“Tupac Shakur. Kayaknya sih pemusik, tapi nggak tahu juga ya. Penyanyi India, kali.”
“Kayaknya sih nggak. Tapi udah ah, gue nggak tahu!” (hlm. 27)





…Sarah juga suka musik hip hop. Dan yang lebih penting, dia suka banget sama Tupac Shakur. Koleksi Sarah lengkap. Nggak hanya CD, tapi juga buku dan kumpulan puisi Tupac. Sarah ngasih bocoran, kalau mau cepat hafal, dengerin aja album 2Pac The Greatest Hits, karena di album yang isinya double CD itu terdapat lagu-lagu hitnya Tupac. (hlm. 38)



See? Di momen pertama Sarah nggak kenal Tupac Shakur, tapi di momen kedua dijelaskan kalo Sarah punya banyak koleksi berbau Tupac Shakur. Kalo Sarah sampai memberi ‘bocoran’ kepada Danny, itu artinya Sarah sangat sangat tahu tentang Tupac Shakur kan? Di situlah saya melihat ada yang tidak sinkron.

“Gue nggak mau pura-pura senyum kalau memang hati gue nggak tersenyum.”
“Gimana kalau elo jangan pura-pura jutek kalau sebenarnya hati elo nggak lagi jutek?” (hlm. 221)



Di sini komplit khas teenlit lagi: keluarga, sekolah, teman, cinta. Geng-geng populer sekolah, kegiatan rapat, masalah keluarga, hubungan pertemanan, dan intrik percintaan. Yang saya suka adalah karakter tokoh-tokohnya dibangun kuat, seperti apa mereka dan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Tapi sayangnya makin ke belakang kok sepertinya kurang, seperti terburu-buru ingin diselesaikan. Konflik cinta Danny-Sarah-Tommy juga [SPOILER] hilang begitu saja ketika Danny suka cowok lain. Apa karena tokoh-tokohnya masih remaja, jadi hati gampang beralih begitu saja? Hahaha. Tapi overall, saya cukup menikmati!

Rate : 3/5

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com