Kamis, 24 Juli 2014

Dirty Little Secret (AliaZalea)

Pengarang : AliaZalea

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
Tebal : 336 halaman

Sinopsis :

MEET THE HERO
Ben Barata. Sukses dengan kariernya dan berkehidupan mapan, tapi masih merasakan kekosongan dalam hidupnya. Dan dia yakin kekosongan itu hanya bisa diisi oleh Jana, cewek yang menghilang tanpa jejak setelah hatinya dia injak-injak bertahun-tahun yang lalu. Dia bertekad untuk bertekuk lutut meminta maaf dan mendapatkan kesempatan kedua engan Jana… Namun, bagaimana dia bisa melakukannya tanpa membuat Jana mengambil langkah seribu ketika melihatnya?

MEET THE HEROINE
Jana Oetomo. Ibu dari sepasang anak kembar yang bandelnya setengah mati dengan sebuah rahasia yang memberikan definisi baru pada ungkapan “skeletons in the closet”. Namun sepertinya rahasia itu tidak bisa tetap terkubur, terutama ketika Ben, orang terakhir yang dia inginkan mengetahui rahasia itu, tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupannya. Dan dia lebih baik mati daripada membiarkan Ben dekat-dekat dengannya lagi.


Review:

Seperti dalam sinopsisnya: Ben dan Jana. Dan seperti tagline-nya: ‘He wants her. She hates him. Together they have a… DIRTY LITTLE SECRET’.

Jana bertemu Ben ketika ia kuliah di Iowa State, Amerika. Sifat Ben yang langsung bisa akrab dengan siapapun juga ampuh terhadap Jana. Mereka akrab, lalu pacaran. Dan di Amerika, berhubungan badan di luar nikah tidak dilarang. Awalnya baik-baik saja, tapi ternyata ada kesalahan sehingga Jana hamil. Ben yang belum siap menyandang status sebagai ayah (apalagi dengan kuliahnya yang masih belum selesai) menyuruh Jana menggugurkan kandungannya. Jana yang marah dan menganggap Ben tidak bertanggungjawab, akhirnya pergi begitu saja, kembali ke Jakarta dan mengirim email pada Ben yang berisi pernyataan bahwa ia sudah menggugurkan kandungannya.


Ditinggal Jana, Ben merasa hidupnya hampa. Walau kariernya sukses dan berkecukupan, ia tak bisa berhenti merindukan Jana. Akhirnya delapan tahun kemudian, ia pergi ke Jakarta untuk mencari Jana. Misinya hanya: minta maaf dan membuat Jana kembali lagi padanya. Apakah ia berhasil menemukan Jana? Apakah ia sanggup membuat Jana tidak marah lagi padanya? Apakah ia sanggup bertahan dan menerima kenyataan, ketika ternyata saat ia berhasil menemukan Jana dan memeluknya, ia mendapati sepasang anak kembar—yang diakui Jana adalah anaknya sejak tujuh tahun yang lalu?


Dia sudah mementingkan diri sendiri delapan tahun lalu, dia tidak akan melakukannya lagi Dengan satu tarikan napas, Ben melakukan sesuatu yang dia tidak pernah lakukan sebelumnya: terjun ke dalam air yang dia tidak tahu kedalamannya.


Jujur, sampai ketika saya membaca The Devil In Black Jeans (saya sempat tergoda oleh sifat protektif dan sisi bad boy Johan), favorit saya tetap Kafka dan cerita Crash Into You. Tapi begitu membaca ini… ah, saya goyah. Saya suka bagaimana meluapnya rasa sayang Ben untuk Jana; kesungguhan Ben kepada Jana dan anak-anaknya: Erga dan Raka. Saya menikmati setiap tingkah, setiap kata, setiap perasaan yang ditumpahkan Ben pada Jana dan anak-anaknya. Saya merasakan kedewasaan Ben yang tadinya tak mau punya anak, tapi kemudian berubah menjadi super penyayang, bertanggungjawab, dan bisa diandalkan.

Bahkan saya menikmati detik-detik emosi ketika adegan yang melibatkan papi Jana yang keras, kaku dan menyebalkan itu. Dan, favorit saya : setiap adegan yang melibatkan Ben, Erga dan Raka. Interaksi antara ketiganya (dan juga Jana, sebenarnya) benar-benar secara alamiah menunjukkan mereka sepatutnya menjadi satu keluarga. Erga dan Raka yang mewarisi sifat bandel Ben tapi tetap berbeda walaupun mereka kembar: Erga yang lebih sensitif dan tenang dibanding Raka yang terbuka dan blakblakan.

Ah, betapa lucunya anak-anak kecil. Mereka polos, betapa kata-kata yang dilontarkan bisa membuat dada sesak dan haru.

“Om Ben.”

“Ya, Raka?”

“Gimana sih rasanya punya ayah?”

…..

“Um.. kamu tau gimana Optimus Prime selalu bisa buat kita ngerasa aman? Bahwa kalo dia ada, kita tahu nggak akan ada yang bisa nyakitin kita?”

Raka mengangguk.

“Ya, itulah yang Oom rasa tentang ayah Oom. Dia Optimus Prime-nya Oom Ben.”

Konflik kali ini memang lebih berat dibanding cerita-cerita sebelumnya. Lebih beremosi, lebih ‘gila’—seperti diakui sang pengarang sendiri di halaman pertama bukunya. Yup, emosinya saya rasakan: turun naik. Sesak rasanya membaca ketika kedua orang ini saling mencintai tapi keadaan seperti mengulur-ulur sehingga tidak bersatu. Emosi terasa dari dua pihak: Jana dan Ben. Betapa Ben yang merindukan 7 tahun kehilangan masa-masa bersama Erga dan Raka, betapa ia merasa bersalah meninggalkan Jana sendirian mengurus anak, betapa ia merasa tak becus menjadi sosok ayah. Dan, betapa hati Jana terluka delapan tahun lalu, betapa beratnya ia mengurus anak kembar sambil bekerja, betapa ia harus berbohong dan kesusahan saat si anak bertanya, “Ayah dimana?”

….dan menghujankan berjuta-juta ciuman pada wajah mereka. Dia tahu tindakannya ini mungkin sudah membuat mereka malu atau takut karena seorang ayah tidak seharusnya mencium anak laki-laki mereka dan menunjukkan kasih sayang sampai sebegini intensnya, tapi dia tidak peduli. Dia mencintai anak-anaknya setengah mati.

AliaZalea memang salah satu favorit saya sejak Blind Date-nya. Ciri khas penulisannya juga masih tetap ada dalam karyanya yang satu ini: tokoh utama yang sudah pasti hanya 2 (maksud saya, tak ada saingan atau orang luar dalam percintaan mereka); banyaknya dialog bahasa Inggris (yah, dimaklumi karena kedua tokohnya sama-sama kuliah di Amerika); penulisan kalimat yang saya rasa “AliaZalea sekali”—yang rada kaku dan mirip terjemahan tapi sekarang lebih baik dan tidak terlalu seperti novel terjemahan; dan adegan hot serta kata-kata sumpah serapah yang jauh lebih vulgar dan frontal dibanding novel-novel sebelumnya.

“Cinta” dan “jatuh cinta”, dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya, padahal artinya berbeda sama sekali. Kita mungkin mencintai orangtua, adik, kakak, atau teman karena mereka adalah bagian hidup kita, tapi kita hanya akan jatuh cinta dengan orang yang membuat kita tidak bisa membayangkan hidup tanpa mereka.

Overall, saya suka semuanya. Kegilaan konflik ini, emosinya, karakter-karakternya yang kuat, dan plotnya yang rapi.

Rate : 4.5/5

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com