Wajah lumayan, karier ada, dukungan keluarga nggak
pernah kurang, punya teman se-geng yang asik abis, bisa ketawa kapan saja,
dan... statusnya bukan jomblo. Itulah Pipit. Semua itu cukup jadi modalnya
untuk bahagia, kan? Memang.
Tapi, sejak dia mendadak ketiban rezeki jadi ibu bagi
Lio, bocah laki-laki umur lima tahun, hidupnya berubah 180 derajat! Putus
dengan pacar, tenaga dan emosi terkuras ke sana-sini, pekerjaan
kacau-balau---bahkan sampai dipecat---teman-teman menjauh.... Aduh! Semua
berantakan!
Apa yang bisa membuat hidupnya kembali cerah seperti
dulu? Dokter yang memeriksanya menyarankan supaya dia segera punya pacar. Ha!
Mana ada sih cowok yang mau menerima dia lengkap satu paket dengan Lio?
Pak Sapta yang dewasa dan mapan saja, yang mampu
melimpahinya dengan perhatian dan hadiah serb sempurna, tak ingin keasyikannya
dengan Pipit ditengahi Lio....
Kebalikan dengan Aries. Cowok sinting itu malah mampu
membuat Lio menjadi tenang. Tapi sebelnya, cowok itu hobi bener adu mulut...
gak ada brentinya nyela dan berkomentar...
* *
*
Ini
novel kedua Retni SB yang saya baca setelah His Wedding Organizer. Bagus,
berisi, gak cuma asal cerita aja tapi mengandung makna tersendiri.
Cerita
dibuka dengan kabar gempa bumi di Yogyakarta, 27 Mei 2006 lalu. Bencana ini
membuat Pipit Astuti, 26 tahun, harus kehilangan kakak satu-satunya yang
tinggal bersamanya di Jakarta (keluarganya di Kalimantan), Lia dan suaminya,
Fadil yang saat itu sedang berbulan madu di Yogya.