Judul
: Good Fight
Penulis
: Christian Simamora
Penerbit
: Gagas Media
Tebal
: 514 halaman
Sinopsis:
Dibawakannya
kau bunga, tetapi bukan kesukaanmu. Digenggamnya jemarimu, tetapi tidak cukup
mesra. Dia mencium bibir indahmu, lalu cepat-cepat menyudahinya.
Puaskah
kau dengan cinta seperti itu?
Sampai
kapan kau terus duduk di situ, menunggu dia berbalik menginginimu?
Berhentilah
mengabaikanku.
Tak
bisakah kau memberiku kesempatan juga? Lirik aku sebentar saja. Dengarkan aku
sebentar saja. Biar aku buat kau percaya, hanya aku yang bisa membuatmu
bahagia.
Hanya
aku—bukan dia.
Review:
“Kalau gue benar-benar mencintai lo, gue juga harus belajar melepaskan lo.” (hlm.479)
Begitu
selesai membaca novel ini, saya menggumam, "Ah, this will be my favorite.
Really."
Adalah
Jethro Liem dan Teresia, twentysomething,
rekan satu kantor di majalah Mascara (wanita) dan Manner (pria). Secara
pekerjaan, Jet yang adalah fotografer dan Tere fashion editor-nya, mengharuskan
mereka untuk bekerja sama. Tapi yang ada, mereka “musuhan”. Nggak musuhan ala
ABG, tapi mereka selalu bertengkar di setiap kesempatan. Jet yang emang jahil,
selalu memancing Tere yang gampang meledak kalo ada cowok itu.
Hubungan mereka hanya sampai di situ saja, hingga pada suatu ketika Jet nggak sengaja memergoki rahasia Tere—bahwa Tere adalah selingkuhan. Cowoknya udah punya tunangan. Awalnya Tere mengira Jet mulai ikut campur urusannya dan akan marah besar, tapi ternyata... Jet mengungkapkan bahwa dirinya juga selingkuhan. Lebih parahnya lagi, wanita selingkuhannya itu wanita yang suaminya sedang meregang nyawa di Singapura karena penyakit parah! Ew.
Punya
kesamaan status nggak membuat Jet dan Tere langsung jadi dekat begitu saja.
Tetap mereka menyandang predikat ‘musuh abadi’. Tapi, apakah status musuh akan
melekat selamanya begitu saja?
Yah,
semua mulai membingungkan Tere—dan hatinya—setelah kejadian terjebak-berdua-di-lift-dalam-keadaan-mati-lampu-bersama-Jet,
yang, mengubah pandangan Tere akan Jet. Sampai ketika Tere harus menemani Jet (karna kalah taruhan) di pesta pernikahan
temannya, Joshua dan Emillia (kyaaa,
akhirnya mereka married juga! Pillow Talk). Sampai ketika Tere bertemu
Fernanda, teman dan mantan Jet, yang merencanakan acara kumpul-kumpul yang dipikirnya
‘biasa’ dan ternyata berubah di luar dugaannya. Sampai ketika selingkuhannya
bertemu Jet, dan membuatnya tambah kalut dengan statusnya sebagai selingkuhan
(well, selingkuhan nggak akan selamanya bertahan kan? Harus ada yang mengalah).
Dan,
sampai ketika Tere dibingungkan akan 2 hal: is
this love or lust? Ketika Tere justru menemukan jawabannya, masalah tak
kunjung hilang. Masa lalu yang belum terselesaikan justru menyeruak dan
menghancurkan kepingan hatinya yang sudah dirapikannya dengan susah payah...
“Saat memutuskan buat jatuh cinta, lo juga membuka kemungkinan cinta kelak akan berbalik nyakitin lo.” (hlm.373)
Another cute story from Christian Simamora. Entah kenapa,
pengarang satu ini selalu berhasil bikin saya tergila-gila dengan tokoh
cowoknya. Dulu di Pillow Talk ada si Jo. Dan sekarang, si Jet ini. Tapi saya
lebih suka Jet sih, he he. Tipe cowok yang manly, gentle, cuek tapi care, dan sabaaar banget.
Endingnya
sih udah ketebak siapa sama siapanya, tapi yang bikin menarik itu konflik dan
gimana caranya Jet dan Tere menyelesaikan konflik diantara mereka. Gimana
nyeseknya jadi Jet, dicacimaki semua orang. Gimana Tere berusaha move on walau
dalam hati masih nggak rela. Dan, gimana sampai semuanya bisa berakhir dengan
sweet ending!
Melalui
novel ini juga dikatakan kalau jadi orang ketiga itu bener-bener nggak enak.
Harus nahan diri nggak ketemu terang-terangan, ketemuan kalo di luar kota doang
(kasusnya Jet), secret phone calls,
dan lain-lain yang pasti nggak nyaman banget. Jadi inget quote dari si Fernanda
temennya Jet (btw, dia walaupun agak weird
tapi lumayan juga ide-idenya) :
“Gosh, pada nggak capek apa pacaran dengan ekstra drama begitu? Memangnya pacaran model sederhana—she’s single, you’re single, then... bam! Let’s get together!—yang kayak gitu dah out of fashion ya?” (hlm.183)
Cuma
sayangnya, ada beberapa typo yang agak mengganggu. Misalnya setelah titik bukan
huruf kapital tapi huruf kecil. Dan setelah tanda ‘?’ juga huruf kecil. Yah
sekitar itulah typo-nya, tapi buat saya sih agak mengganggu.
Sekali
lagi, saya suka banget gaya penulisan Christian Simamora yang mengalir, dan nggak
baku-baku amat. It’s a fun and light
reading! Rekor juga sih, pertama kalinya bisa menyelesaikan novel setebal
itu dalam 2 hari, di tengah jadwal sekolah yang padat pula.
Dan,
noted ya, ini novel dewasa. Jangan dibaca kalau belum mau tahu urusan begituan,
walaupun yah, sebenarnya sayang untuk dilewatkan :D
*conclusion-nya adalah: I can’t wait for his next
book!
4/5
Regards,
2 comments:
Emm, tema-nya.. temanya itu.. ternyatah! Haha. Oh ternyata 'selingkuhan' ya.. uda agak nebak2 sih dari bbrp review yg lain di GR tapi masih ga 'ngeh'
ahaha iya. Dari sinopsisnya sih gak keliatan ya.
Baca aja deh, gak nyesel kook *promosi*
Posting Komentar