Sinopsis:
OK... Just behave. Think about it later. Dea
mengedikkan bahunya (sok) gak peduli. Lalu meneguk air putih, sampai habis. Hal
yang banyak dilakukan orang kalau sedang panik.. seperti dirinya saat ini.
Dirinya juga gak mungkin bilang ke Angga, merengek-rengek ke cowoknya supaya
mampir ke butik Valentino untuk beli couture—hal yang mungkin dilakukan sama
spoiled girl macam Tiff.
“Sudah siap melihat Tunnel Dell'amore?”
Deandra Maia Rahdian
Dirinya memang hanya satu. Dea yg smart dijuluki ice
princess oleh Rhea,sahabatnya: ‘hangat’ untuk insiders, dan ‘dingin’ untuk
outsiders. Orang-orang menyebutnya sebagai The Living Athena. Dirinya Dea untuk
banyak orang, Maia untuk pangeran masa kecilnya, dan Andra untuk seseorang baru
dalam hidupnya.
Airlangga Dmitri Mahata
Angga, tipe idealis untuk cowok 20 tahun—lurus,
realistis, mempunyai visi hidup yang kuat.. dan kaku. Beberapa tahun terakhir
ia hidup di balik bayang-bayang yang menodai sejarah hidupnya. Dan Angga
memutuskan untuk berdiri lagi.
Keduanya seperti dua bongkah es raksasa yang berdiri
berdampingan. Kisah mereka dimulai dari malam prom, hingga perjalanan ke Italia
dan Bali yang menentukan titik awal dari perubahan.. atau justru titik akhir
dari segala-nya?
Review:
Deandra, atau Dea, adalah sosok yang cool layaknya ice princess. Banyak cowok mengagumi tapi tak mampu mendekati. Takut ‘jatuh’ saat di samping Dea, begitu penjelasan Rhea dan Ares, 2 sahabat Dea yang kenal cewek itu luar-dalam.
Deandra, atau Dea, adalah sosok yang cool layaknya ice princess. Banyak cowok mengagumi tapi tak mampu mendekati. Takut ‘jatuh’ saat di samping Dea, begitu penjelasan Rhea dan Ares, 2 sahabat Dea yang kenal cewek itu luar-dalam.
“‘Change, we believe in’ dan ‘Yes, we can’ itu gak bisa dipisahin. Kalau kita percaya kita bisa berubah, kita juga harus percaya semua itu bisa berhasil dilakukan.” (hlm.16)
Dea
masih menyimpan figur sosok itu, sampai ketika ia bertemu lagi dengan cowok itu
di sebuah konser. Cowok bernama Angga itu adalah vokalis band. Tapi Dea harus
berhenti berharap sampai disitu karna ternyata Angga adalah pacarnya Tiffany,
musuhnya di SMA. Usut punya usut, ternyata Tiffany dan Dea udah lama perang
dingin alias nggak akur sejak masih kecil. Tahu cowok yang dikaguminya adalah
pacar sang musuh, Dea berusaha melupakan tapi... namanya udah terlanjur jatuh
cinta, ya pasti susah.
Di
lain pihak, Angga rupanya tertarik juga dengan Dea. Sosoknya tampak elegan dan
misterius di mata Angga. Tapi ia tahu, mendekati Dea di saat ada Tiffany di
sampingnya adalah malapetaka. Si nona kaya dan angkuh itu nggak akan biarin itu
terjadi.
Ketika
perasaan Dea masih belum tertata rapi, ia dikejutkan kenyataan bahwa Arsya,
sahabat masa kecilnya, datang dari Belanda. Membawa satu misi yang disimpannya
sejak kecil: menjadikan Dea miliknya.
Kemudian,
prom night. Ares, nggak disangka,
sepanjang pesta berduaan bersama Tiffany. Dea dan Rhea marah—apalagi status
Tiffany yang adalah pacar Angga. Perasaan Dea yang masih kalut tambah semliwer
(duh bahasa apa ini) karena Angga tahu-tahu datang dan menolongnya saat ia
hampir pingsan di depan pintu ballroom. Angga mengantarnya pulang, dan
membuahkan kesan tersendiri buat Dea.
Permasalahannya
dengan Ares yang mempertaruhkan persahabatannya belum jelas, datang lagi
seseorang dari negeri Belanda, lagi, yang menawarkan sejuta kejutan. Dea
mungkin tidak mengenalnya, tapi seseorang itu tahu benar bagaimana menggunakan
Dea untuk menjatuhkan seseorang yang dibencinya.
“Kalau kita gak pernah berani melenceng sedikit dari jalan lurus kita, kita akan selalu terkungkung dalam jiwa yang sama. Tidak punya perbedaan untuk membandingkan mana yang benar dan mana yang salah.” (hlm.124)
Pendapat
saya... Novel ini kerasa ‘Sitta Karina banget’.
Penggunaan
bahasa-bahasa asing, minimal setiap halaman ada bahasa Inggrisnya. Tokoh cowok
dan cewek yang tajir berat, punya ‘nama’, dan gaul. Tokoh antagonis yang
menyimpan dendam diam-diam. Nama merk yang berseliweran (kadang saya berpikir, sekali-dua kali boleh ya ngasi tau outfit apa
yang dipake, tapi kalo setiap kali si tokoh pergi haruskah dijelaskan outfitnya
dari atas sampe bawah? Aksesoris siapa, baju beli dimana, dan sepatu koleksi
siapa? Terlalu...). Bepergian ke luar negeri.
Selain
itu, ada banyak hal yang kurang dijelaskan di awal. Semisalnya, gimana masa
kecil Dea, Arsya, dan Tiffany? Itu kurang dijelaskan di awal-awalnya. Trus,
gimana ceritanya sampai Arsya yang katanya lagi ada Belanda tau-tau nongol di
saat Dea lagi jogging pagi-pagi? Gimana
pula Tiffany dulu ketemu Angga? Apakah dunia sebegitu kecilnya sampe-sampe
semua orang bertemu seperti ada tali yang menghubungkan mereka?
Dan,
endingnya pun menyimpan ketidakjelasn. Misalnya—spoiler!—gimana kelanjutan hidup Tiffany, geng black mafia ayahnya,
dan Ernest? Terus, kenapa tiba-tiba Ares jadi pemaaf padahal sebelumnya dia
dendam mati-matian sama Angga? Agak... nggak masuk di akal.
Oke,
saya memang nggak menaruh ekspektasi yang tinggi, karena ini novel debut.
Keisha bisa jadi penulis yang lebih baik kok, asal dia nggak terlalu terpaku
sama Sitta Karina yang usut punya usut ternyata emang dia ngefans. Buktinya,
gaya penulisannya saya nikmati, di luar segala macam kemiripannya dengan Sitta
Karina.
Well,
menanti untuk buku keduanya :)
My Rating:
Judul
: Melodia
Penulis
: Keshia Deisra
Penerbit
: Terrant Books
Tebal
: 320 halaman
ISBN
: 979-3750-42-1
Rgds,
2 comments:
salam kenal Victoria :)
Sama! waktu pertama kali baca buku ini Sitta Karina banget, secara aku ngefans sama karya2nya jadi terasa familier banget. yah semoga saja kedepannya penulis bisa menemukan gaya-nya sendiri :)
Salam kenal juga :)
Iya, semoga dia lepas dari gaya Sitta Karina. Lama-lama ke belakang suka bikin gak nyaman juga bacanya. Terlalu mirip
Posting Komentar