Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tahun
: 2010
Tebal
: 232 halaman
Sinopsis
:
Sarah—cewek
jutek, antisosial, dan ditakuti teman-temannya. Danny—anak pindahan dari
Bandung yang cute, ramah, dan dalam waktu singkat jadi cewek popular.
Kepopulerannya membuat banyak cowok menyukai Danny. Walau awalnya seperti
anjing dan kucing, Sarah dan Danny menjadi akrab lewat proyek mendirikan
perpustakaan. Mereka jadi dekat dalam segala hal. Sarah juga membantu Danny
untuk mendekat Tommy. Sayangnya, Tommy lebih memilih Sarah ketimbang Danny. Dan
lambat laun, Sarah pun mulai menyukai perhatian dan kebaikan Tommy. Sarah jadi
bingung. Dia menyukai Tommy, tapi juga tidak mau menyakiti perasaan Danny…
Review:
Akhirnya,
saya membaca teenlit setelah sekian lama rehat dari baca membaca. Ketika iseng
liat arsip blog, jujur aja, miris gimana gitu melihat post terakhir adalah
bulan Januari—saat liburan. Jadilah saya menyempatkan diri di tengah hectic-nya
masa-masa mau UAS
sekarang ini. Nggak tanggung, bacaan saya yang ringan-ringan untuk
menyeimbangkan sekaligus menenangkan otak saya yang rasanya mmmh makin menggila
sekarang ini. Oke, cukup curcolnya! :)
Jadiii,
novel ini sebenarnya udah ketahuan garis besar ceritanya kalau dilihat dari
sinopsisnya. Yup, garis besarnya. Sarah benar-benar jutek dan nggak punya teman
dekat. Ibunya Sarah dan ibunya Danny adalah teman dekat. Danny yang dulu
tinggal di Bandung punya lingkaran pergaulan yang nggak bener. Karena itu
ibunya memindahkannya ke Jakarta, ke sekolah yang sama dengan Sarah sekaligus
menitipkannya ke keluarga Sarah. Jadilah, Sarah serumah dengan Danny. Danny
awalnya benci banget sama Sarah. Mereka jarang ngobrol karena Danny menganggap
ibunya dan keluarga Sarah bersekongkol menjebaknya di sekolah yang penuh
kedisiplinan.
Tapi
perlahan mereka mulai dekat ketika Danny jatuh cinta pada Tommy. Tommy ini tuh
tipe cowok klasik yang sering ditemui di novel teenlit: ganteng, baik, anak
basket, anggota OSIS, supel, sporty, dan segudang keistimewaan lainnya. Sarah
yang juga anggota OSIS jelas kenal dengan Tommy, makanya Danny mulai mendekati
Sarah dan mengorek info dan perlahan mereka bersahabat. Penyebab lainnya
adalah—seperti yang dijelaskan di synopsis—mereka bersama-sama membuat
perpustakaan kecil di rumah Sarah supaya mendidik anak-anak kompleks rumahnya. Nah,
dalam usaha mereka ini, perlahan Tommy membantu dan masuk di antara mereka.
Sarah yang tadinya menutup hati rapat-rapat sama yang namanya cowok, mulai
tersita perhatiannya.
“Dalam berteman, yang penting tuh elo cocok dan nyaman bersama mereka.” (hlm. 136)
Well,
gue cukup suka novel ini. Khasnya teenlit: nggak berat-berat dan temanya juga
keseharian. Sangaaat ringan, lumayan cepet juga bacanya cukup sehari J saya juga suka ide Sarah mendirikan
perpustakaan. Jujur, udah lama banget pengen kayak gitu juga. Memanfaatkan
buku-buku yang saya punya untuk dibaca orang lain juga, daripada hanya
terpendam di lemari dan sesekali saja tersentuh kembali. Novel ini
membangkitkan motivasi tersendiri bagi saya, sekaligus menjadi pembelajaran
kalau jaga perpustakaan itu tak semudah yang dibayangkan (banyak godaan: males,
bosen, mengantuk, dan lain-lain).
Tapi
sepanjang saya membaca, ada 1-2 hal yang saya rasa kurang logis dan nggak
menyambung satu sama lain. Contohnya, dua momen percakapan di bawah ini:
“… Eh Sar, elo tau nggak kalau Tommy suka Tupac Shakur?” tanya Danny sebelum melangkah keluar.Sarah menghentikan gerakannya Apa dia nggak salah dengar? “Siapa?”“Tupac Shakur. Kayaknya sih pemusik, tapi nggak tahu juga ya. Penyanyi India, kali.”“Kayaknya sih nggak. Tapi udah ah, gue nggak tahu!” (hlm. 27)
…Sarah juga suka musik hip hop. Dan yang lebih penting, dia suka banget sama Tupac Shakur. Koleksi Sarah lengkap. Nggak hanya CD, tapi juga buku dan kumpulan puisi Tupac. Sarah ngasih bocoran, kalau mau cepat hafal, dengerin aja album 2Pac The Greatest Hits, karena di album yang isinya double CD itu terdapat lagu-lagu hitnya Tupac. (hlm. 38)
See?
Di momen pertama Sarah nggak kenal Tupac Shakur, tapi di momen kedua dijelaskan
kalo Sarah punya banyak koleksi berbau Tupac Shakur. Kalo Sarah sampai memberi
‘bocoran’ kepada Danny, itu artinya Sarah sangat sangat tahu tentang Tupac
Shakur kan? Di situlah saya melihat ada yang tidak sinkron.
“Gue nggak mau pura-pura senyum kalau memang hati gue nggak tersenyum.”“Gimana kalau elo jangan pura-pura jutek kalau sebenarnya hati elo nggak lagi jutek?” (hlm. 221)
Di
sini komplit khas teenlit lagi: keluarga, sekolah, teman, cinta. Geng-geng
populer sekolah, kegiatan rapat, masalah keluarga, hubungan pertemanan, dan
intrik percintaan. Yang saya suka adalah karakter tokoh-tokohnya dibangun kuat,
seperti apa mereka dan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Tapi sayangnya
makin ke belakang kok sepertinya kurang, seperti terburu-buru ingin
diselesaikan. Konflik cinta Danny-Sarah-Tommy juga [SPOILER] hilang begitu saja ketika Danny suka cowok lain. Apa
karena tokoh-tokohnya masih remaja, jadi hati gampang beralih begitu saja?
Hahaha. Tapi overall, saya cukup menikmati!
Rate : 3/5
0 comments:
Posting Komentar