Pengarang: Jenny Thalia Faurine
Penerbit: - (self published)
Tahun: 2014
Tebal: 180 halaman
Sinopsis:
"Kalo
nanti umur dua puluh lima gue masih jomblo juga, lo mesti nikah sama gue
ya."
"Iya."
"Beneran?"
"Iya,
Jen."
"Bener
ya? Nanti, kalo umur kita dua puluh lima dan kita masih sama-sama jomblo, lo
nikah sama gue."
"Deal."
***
Tentang
sebuah "janji kecil" yang mengakibatkan "perubahan besar"
dalam hidup mereka. Tentang dua orang yang terikat pernikahan tanpa cinta.
Awalnya hanya karena janji, awalnya hanya karena mereka teman yang kompak dan
memutuskan untuk bersama.
Tapi,
apa pada akhirnya akan ada cinta di antara mereka? Atau mereka harus kembali ke
masa lalu masing-masing dan menganggap pernikahan ini hanya sebuah penuntasan
janji?
Review:
Jennar
berteman dengan Azel sejak SMA. Keduanya terikat ‘janji kecil’, di mana Azel
berjanji akan menikahi Jennar jika sampai umur 25 tahun Jennar masih jomblo.
Ternyata Azel benar-benar menepati janjinya dan mereka pun menikah tanpa rasa
cinta atau perasaan romantis sedikitpun. Alhasil, pernikahan yang berdasarkan
rasa nyaman ini diwarnai adu mulut kecil yang lucu.
“……Yes, Pumpkin.”“Berhenti manggil gue labu! Gue bukan labu parang!”“Enak ngomongnya. Pumpkin. Pumpkin. Pumpkin.”
Dan begitu juga yang ini. Aduh Azel
unyu!
“Pumpkin.”“…”“Princess pumpkin?”“…”“J.”“…”“My honey sweety lovely Princess pumpkin darling—”“Stop it! Menggelikan, tau nggak?”
Namun,
namanya pernikahan tak selamanya mulus. Azel tahu Jennar masih dibayang-bayangi
pria yang ia cintai di masa lalu, Rendra. Jennar pun merasa Azel masih
memikirkan Desy, satu-satunya cewek yang serius disayanginya di saat ia
terkenal sebagai playboy waktu SMA dulu.
Ketika
Rendra dan Desy secara kebetulan muncul kembali ke kehidupan mereka setelah
bertahun-tahun dan seolah menawarkan ‘kesempatan’ bagi Azel dan Jennar, keduanya
pun kalut. Kalut pada pilihan mereka dan masa depan pernikahan mereka.
Karena cinta tidak selalu menyayangi. Ada jenis cinta yang mampu membuat seseorang tersakiti sesakit yang pernah ia rasakan.Cinta tak terbalas.
First
impression: cerita ini sepertinya bakal unyu. Dan, bener banget.
Suka
banget Jennar yang gengsian dan cemburuan; dan Azel yang perhatian dengan
gombalan manisnya tapi juga punya sisi liar. Aaaaa mau banget Azel. Azel buat
saya aja. Saya mau digombalin dan suka yang liar-liar #eh
#kemudiandilabrakJennar
Oke, rasanya
enjoy banget baca ini. Cara penulis bertutur untungnya nggak menye-menye,
adegan yang sedih pun nggak pake nangis bombay ala sinetron, dan saya bahkan suka
adegan mereka berantem, hehe—walaupun rasanya masih agak kasar dan cepet
bacanya. Ah, saya tetep sukaaa~
Satu
lagi yang rasanya kurang: kurang panjang—kurang ada konflik yang klimaks banget
yang bikin geregetan, dan kurang... hm, ngena antara Jennar-Rendra. Simpati sih
tapi kok rasanya chemistry keduanya
kurang nangkep gitu. Jadi sayang aja rasanya hehe. Walapun saya bacanya di
salah satu situs baca yang memang kayaknya cuma untuk cerita yang
cukup-panjang-tapi-kurang-kalau-akan-dibikin-novel (oke, sebut saja Wattpad),
jadi yeah dimaklumi :))
Rate: 4/5
0 comments:
Posting Komentar