Judul:
Runner-Up Girl
Pengarang: Hanna
Natasha
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun:
2012
Tebal:
168 halaman
Sinopsis:
Mira, seorang gadis SMA
tahun pertama yang tomboi dan pintar. Mira mempunyai orang tua yang sangat
kaya, namun seringkali orang tuanya meninggalkannya ke luar kota untuk bekerja.
Mamanya juga selalu menuntut Mira agar selalu berprestasi dan menjadi nomor 1.
Aoi, seorang siswa SMA dan
sangat cerdas seperti Mira. Usia Aoi sama seperti usia Mira, tetapi ia
menduduki kelas 1 tingkat di atas Mira. Aoi juga anak yang mandiri. Tak seperti
Mira, Aoi hanya anak sederhana yang hanya tinggal bersama ayahnya.
Sejak awal pertemuan
mereka, Mira dan Aoi sudah bermusuhan. Mira juga tak menyangka Aoi akan merebut
kedudukannya sebgai nomor satu.
Namun, tugas
sebagai ketua dan wakil osis menuntut mereka ke hubungan yang menumbuhkan
benih-benih cinta. Sayangnya, ayah Aoi tidak dapat menerima Mira dengan
baik Adakah suatu hal dari masa lalu
yang menghalangi Aoi dan Mira untuk bersatu?
Review:
Mira awalnya
mengikuti lomba karya ilmiah, karena itu mamanya menaruh ekspektasi besar
terhadapnya. Mamanya yakin bahwa Mira akan menang. Tapi ternyata, Mira hanya
juara 2. Yap, hanya. Juara 2 dari
sekian ratus karya, bukankah itu jelas-jelas suatu prestasi? Tapi bagi mamanya
Mira, itu bukan prestasi. Itu kegagalan.
Mira gagal menjadi juara 1, apa gunanya menjadi juara 2, juara 3, atau
seterusnya?
Singkat kata,
sejak itu mereka bersaing, terlibat dalam kegiatan OSIS sebagai ketua dan wakil
ketua OSIS, lalu saling mengenal satu sama lain—dan sama-sama berpikir, bahwa
pihak lainnya ternyata nggak semenyebalkan yang dipikirkan. Mereka saling jatuh
cinta, tapi sayangnya baik orangtua Mira maupun orangtua Aoi menentang hubungan
keduanya. Dan lama kelamaan, satu demi satu rahasia mulai terungkap…
* * *
Haha, lebay
amat bahasa saya. Mungkin, dari sinopsisnya aja udah pada tau ya mau dibawa ke
mana cerita ini. Yap, benci jadi cinta.
Ok, pertama, interaksi awal
Mira-Aoi agak dipaksakan ‘bencinya’. Segitu nggak sopannya-kah Mira sampe
ngatain orang yang baru dia kenal? Bayangin, baru aja Mira papasan dengan Aoi,
Mira langsung mengejek Aoi cuma karna muka orang yang baru ditemui datar dan
nggak menunjukkan ekspresi apapun? Seblak-blakannya pun, nggak segitunya juga
kaliiii…
Kedua, untuk unsur romance-nya, maaf banget, rasanya saya
nggak dapet feeling cinta di antara
Mira-Aoi. Mereka [SPOILER ALERT] tiba-tiba udah saling cinta aja… entah saya
yang miss ada momen spesial yang
‘wah’ atau tidak, entahlah. [SPOILER ALERT END]
Ketiga, kejadian-kejadian
yang mau ke ending sepertinya buru-buru banget. Endingnya juga bikin saya
sedikit kecewa :( andai mau diteruskan dibikin sekuel, ya silakan. Atau mau
dibiarkan saja menggantung and leave it to imagination, gapapa juga
sih. Bisa aja kan saya mengkhayalnya si Aoi... [SPOILER ALERT lagi] pas lagi
sekolah di luar eh kecelakaan trus meninggal trus Mira akhirnya move on ke
Riku? He he he.
Tapi, di atas ketiga hal
yang kurang sreg di hati saya #bacaajapakemainhati tetap moral value-nya. Sisi positifnya adalah akhirnya hubungan Mira dan
mamanya membaik dan sang mama tak lagi terobsesi menuntut Mira juara. Mereka
saling jujur dan cerita-cerita layaknya hubungan anak-ibu umumnya.
Dan satu lagi.
Gaya bahasanya agak terlalu kaku, bahkan untuk dialog, untuk ukuran anak remaja dan masih sekolah. Bahasanya agak terlalu EYD untuk percakapan dua teman dekat. Hm apapun itu tetap aja, itu tergantung selera masing-masing J
Rate: 2/5
0 comments:
Posting Komentar