Sabtu, 20 Desember 2014

Runner-Up Girl (Hanna Natasha)

Judul: Runner-Up Girl
Pengarang: Hanna Natasha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
Tebal: 168 halaman

Sinopsis:

Mira, seorang gadis SMA tahun pertama yang tomboi dan pintar. Mira mempunyai orang tua yang sangat kaya, namun seringkali orang tuanya meninggalkannya ke luar kota untuk bekerja. Mamanya juga selalu menuntut Mira agar selalu berprestasi dan menjadi nomor 1.
Aoi, seorang siswa SMA dan sangat cerdas seperti Mira. Usia Aoi sama seperti usia Mira, tetapi ia menduduki kelas 1 tingkat di atas Mira. Aoi juga anak yang mandiri. Tak seperti Mira, Aoi hanya anak sederhana yang hanya tinggal bersama ayahnya.
Sejak awal pertemuan mereka, Mira dan Aoi sudah bermusuhan. Mira juga tak menyangka Aoi akan merebut kedudukannya sebgai nomor satu.
Namun, tugas sebagai ketua dan wakil osis menuntut mereka ke hubungan yang menumbuhkan benih-benih cinta. Sayangnya, ayah Aoi tidak dapat menerima Mira dengan baik  Adakah suatu hal dari masa lalu yang menghalangi Aoi dan Mira untuk bersatu?

Review:

Mira awalnya mengikuti lomba karya ilmiah, karena itu mamanya menaruh ekspektasi besar terhadapnya. Mamanya yakin bahwa Mira akan menang. Tapi ternyata, Mira hanya juara 2. Yap, hanya. Juara 2 dari sekian ratus karya, bukankah itu jelas-jelas suatu prestasi? Tapi bagi mamanya Mira, itu bukan prestasi. Itu kegagalan. Mira gagal menjadi juara 1, apa gunanya menjadi juara 2, juara 3, atau seterusnya?

Kemudian terbongkar, bahwa juara 1 diraih Aoi. Sebelumnya diceritakan bahwa Aoi adalah teman Riku, salah satu teman Mira selain Kelly. Jadi awalnya hanya ada Mira dan Kelly, lalu bertambah Riku, lalu Riku mengenalkan Mira-Kelly pada Aoi. Sayangnya—seperti tertulis di sinopsis—pertemuan pertama Mira-Aoi tidak bagus. Mira menyindir Aoi habis-habisan karena wajah Aoi selalu datar dan cenderung suram, sama sekali nggak menunjukkan kegembiraan.

Singkat kata, sejak itu mereka bersaing, terlibat dalam kegiatan OSIS sebagai ketua dan wakil ketua OSIS, lalu saling mengenal satu sama lain—dan sama-sama berpikir, bahwa pihak lainnya ternyata nggak semenyebalkan yang dipikirkan. Mereka saling jatuh cinta, tapi sayangnya baik orangtua Mira maupun orangtua Aoi menentang hubungan keduanya. Dan lama kelamaan, satu demi satu rahasia mulai terungkap…

* * *

Haha, lebay amat bahasa saya. Mungkin, dari sinopsisnya aja udah pada tau ya mau dibawa ke mana cerita ini. Yap, benci jadi cinta.

Ok, pertama, interaksi awal Mira-Aoi agak dipaksakan ‘bencinya’. Segitu nggak sopannya-kah Mira sampe ngatain orang yang baru dia kenal? Bayangin, baru aja Mira papasan dengan Aoi, Mira langsung mengejek Aoi cuma karna muka orang yang baru ditemui datar dan nggak menunjukkan ekspresi apapun? Seblak-blakannya pun, nggak segitunya juga kaliiii…

Kedua, untuk unsur romance-nya, maaf banget, rasanya saya nggak dapet feeling cinta di antara Mira-Aoi. Mereka [SPOILER ALERT] tiba-tiba udah saling cinta aja… entah saya yang miss ada momen spesial yang ‘wah’ atau tidak, entahlah. [SPOILER ALERT END]

Ketiga, kejadian-kejadian yang mau ke ending sepertinya buru-buru banget. Endingnya juga bikin saya sedikit kecewa :( andai mau diteruskan dibikin sekuel, ya silakan. Atau mau dibiarkan saja menggantung and leave it to imagination, gapapa juga sih. Bisa aja kan saya mengkhayalnya si Aoi... [SPOILER ALERT lagi] pas lagi sekolah di luar eh kecelakaan trus meninggal trus Mira akhirnya move on ke Riku? He he he.

Tapi, di atas ketiga hal yang kurang sreg di hati saya #bacaajapakemainhati tetap moral value-nya. Sisi positifnya adalah akhirnya hubungan Mira dan mamanya membaik dan sang mama tak lagi terobsesi menuntut Mira juara. Mereka saling jujur dan cerita-cerita layaknya hubungan anak-ibu umumnya.

Dan satu lagi. 
Gaya bahasanya agak terlalu kaku, bahkan untuk dialog, untuk ukuran anak remaja dan masih sekolah. Bahasanya agak terlalu EYD untuk percakapan dua teman dekat. Hm apapun itu tetap aja, itu tergantung selera masing-masing J


Rate: 2/5

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com