Pengarang
: Nina Ardianti
Penerbit
: Gagas Media
Tahun
: 2013
Tebal
: 456 halaman
SINOPSIS:
Aku
selalu mengira tak akan bisa hidup tanpa cintanya. Aku lupa, semua luka
perlahan-lahan akan sembuh juga. Biarkan saja waktu yang menjadi obatnya.
Saat
itu akan tiba, ketika aku benar-benar menerima kenyataan bahwa kini tak ada
lagi 'kita'. Sekarang hanya aku, minus dirinya. Dia pergi terlalu lama dan aku
terlalu bodoh terus-terusan memikirkan dirinya. Aku bisa hidup tanpa kenangan
dan senyumannya. Kalau sebelum mengenal dia saja aku bisa bahagia, apa bedanya
bahagia setelah tanpa dirinya?
Aku
pasti akan jatuh cinta lagi. Suatu hari nanti... dan dengan yang lebih baik
dari dirinya
REVIEW:
“I was fine before you came into my life. And I bet I’ll be just fine without you in it again.”
Menceritakan
Syiana Alamsjah yang baru saja mengalami patah hati lantaran pacarnya selama 3
tahun, Yudha, berselingkuh. Syiana lalu pergi ke Hongkong untuk dinas kerja
sekaligus melarikan diri dari masalahnya. Namun di Hongkong, sialnya, Syiana bertemu
dua cowok: salah satunya mabuk lalu muntah di kakinya, dan yang satunya menuduh
Syiana membuat temannya itu mabuk.
Setelah
kembali ke Indonesia, Syiana bertemu lagi dengan kedua cowok itu yang ternyata
adalah personil band Dejavu yang sedang terkenal—Riza yang muntah di kakinya
dan Fedrian Arsjad si penuduh. Tak sampai di situ, Syiana ternyata masih harus sering
bertemu Dejavu karena urusan bisnis.
Dari
awal, Syiana merasa Fedrian ini menarik dengan segala atribut fisiknya tapi pertemuan-pertemuan
Syiana dengan Fedrian selalu diiringi dengan komentar tajam dan keras kepala dari
keduanya—bagai anjing dan kucing. Bisa ditebak kalau keduanya sebenarnya
tertarik, tapi... belum selesai masalah Syiana dengan Yudha, Fedrian, dan
pekerjaannya; masalah baru datang dari mantan Fedrian yang juga artis dan
pastinya cantik, Delisa.
“Yah, seperti yang kita semua tahu, satu-satunya hal yang bisa menyembuhkan patah hati adalah waktu—atau orang baru.”
* *
*
Komentar
saya:
I’M SO GONNA HUG MBAK NINA!! 'Cause I’m officially in love with this
book.
Oke,
mari kita mulai dari tokoh-tokohnya. Lovely banget!
Mulai
dari Edyta dengan sifat carefree dan melodramanya yang mampu
mengimbangi Syiana yang cenderung ‘sesuai rencana’; Aulia yang oh-ternyata-dia-cowok-saudara-saudara
dan entah kenapa suka bikin senyam-senyum sendiri karna komentar nyinyirnya); Nara
temen satu band Fedrian yang... kenapa ya, I find him cute aja; keluarganya Fedrian terutama mama Fedrian
yang super kepo sama hidup anaknya; dan…… tentu saja Syiana dan Fedrian.
Syiana
ini omongannya suka pedes dan sarkastik, tapi dia tau kapan dia
harus sopan dan kapan dia harus bitchy, serta nggak menye-menye hidupnya
(ya, kecuali bagian dia patah hati—tapi, ayolah, siapa yang mellow dan
galau maksimal pas patah hati?). Sementara Fedrian... sumpah ya ini Fedrian
minta banget dicium *eh*. Nggak deng, minta banget ditujes-tujes saking ngeselin
rada suka maksa slash lovable slash hot slash nikah-able.
Oh, Mbak Nina tau aja cara bikin pembaca cewek klemer-klemer dengan tokoh Fedrian ini.
Dan,
dialog mereka yang...
“Kan aku bilang, I’ll drive you home. Kamu parkir di mana?”“Gimana maksudnya?”“Artinya, aku akan nyetirin kamu sampai rumah, Syiana. Kamu parkir di mana?”“Emangnya kamu nggak bawa mobil?”“Kamu parkir di mana?”“Kamu nggak bawa mobil?”“Kamu parkir di mana?”“Aku nggak akan jawab, sampai kamu jawab pertanyaanku.”“Aku juga nggak akan jawab sampai kamu jawab pertanyaanku.”
Oke, lanjut.
Plotnya rapi. Saya
menikmati banget proses jatuh cinta Syiana dan Fedrian, dari momen unyu-unyu
sampe berantem. Saya bisa liat gimana Syiana dan Fedrian membangun hubungan
mereka dari yang tadinya bukan siapa-siapa jadi spesial.
Perasaan
Syiana juga terdeskripsikan dengan baik, dengan bahasa yang santai ala Mbak
Nina (yang bikin saya suka sejak baca Simple Lie) dan sama sekali nggak kaku. Walaupun
saya belum kerja dan belum menyentuh umur 20-an yang merasakan urgensi untuk
mencari pasangan hidup yang sepadan dan mapan, saya bisa ngerasain gelisahnya
Syiana ketika berhubungan sama Fedrian: status Fedrian sebagai anak band slash
seleb kurang meyakinkan untuk menanggung biaya hidup dan juga bikin insecure
kalau-kalau doi deket sama artis cewek yang pasti berkilauan dan cantik.
Selain
itu, novel ini banyak banget moral value-nya, terutama sih tentang
keluarga dan cinta. Banyak juga quote bertebaran, sampe saya yang pas
baca biasa aja eh malah jadi galau sendiri. Rasanya quotes-nya mau saya masukin semua
ke sini tapi rasanya maruk XD. Lebih baik baca sendiri dan menemukan esensi di baliknya,
kan? ;)
Overall,
ini buku wajib baca dan punya untuk pecinta romance. Ini sih ceritanya romance
banget ya, hati-hati yang lagi galau bisa tambah galau—syukur-syukur jadi
move on seperti tagline-nya yang saya suka banget.
“Semua orang pernah patah hati. All you have to do is move on.”
Tadinya
mau ngasih bintang 5, tapi sayangnya saya rasa endingnya kurang panjang (maunya
sih lebih *ini lebih apa maksudnya haha*), TAPI tetap memuaskan dan manis! Selain itu, saya rada kecewa sama typo yang
lumayan banyak dan cetakannya yang ada cacat di beberapa bagian. Tapi itu nggak
ngaruh ke cerita sih—yaiyalah.
So, grab one and enjoy!
“Relationship is a full-time job. If you're not ready, then don't apply.”
RATE:
4.5/5
PS:
Sumpah ya, dari zaman Simple Lie, Fly To The Sky, sampe Restart
ini saya nggak berhenti fangirling-in Ilham—kakaknya Edyta. Charming,
protective, brother-like. Antara pengen punya kakak kayak dia atau punya
pacar kayak dia. Haha.
PPS:
Sedang menanti novel Mbak Nina berikutnya—entah cerita tentang Attar, adeknya Fedrian, atau Kemal, kakaknya Fedrian :)
2 comments:
Nah kan aku jadi pengen baca buku ini. Hayo tanggung jawab! :D
Hihi hayo baca! Baca! Baca! :D
Nggak nyesel kok malah jadi sayang sama bukunya~
Posting Komentar