Aku seperti bunga matahari yang selalu mengejar
matahari, hanya melihat pada dia: matahariku. Aku mengagumi kedalaman
pikirannya, caranya memandang hidup—malah, aku mati-matian ingin seperti
dirinya.
Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar
bayang-bayang. Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak sampai lupa
kemampuan diriku sendiri.
Aku bahkan mengabaikan suara lirih di dasar hatiku.
Aku buta dan tuli. Dan di suatu titik akhirnya tersungkur. Saat itulah aku
mulai bertanya-tanya: apakah dengan menjadi seperti dia, aku pun akan dicintai?
* *
*
Lagi-lagi,
dan lagi, saya jatuh cinta sama covernya. Jujur deh Gagas Media itu bagus
banget dalam hal desain covernya. Tapi kadang, hati-hati, covernya bisa menipu.
So don’t judge the book by its cover. Tapi kali ini saya bukan mau membahas
covernya menipu, atau isinya tidak sesuai, atau apalah itu. Saya hanya mau
mengatakan, saya suka covernya, gambar bunga matahari dengan sekelilingnya nuansa
kuning cerah. Sinopsisnya pun, bernuansa bunga matahari.
Mengisahkan 4 sahabat yang mulai berteman saat SMP—Devon, Sophie, Agnes, Julian. Devon dan Sophie adalah teman sejak kecil yang selalu sama-sama dari TK sampe SMA, dan baru bertemu Julian dan Agnes di SMP karena mereka berempat kebetulan telat upacara penerimaan murid baru dan terpaksa dihukum bersama.
Layaknya kisah persahabatan biasa, mereka selalu berempat dalam tiap event. Pas SMA, mereka harus misah-misah kecuali Devon dan Sophie yang masuk ke sekolah yang sama. Tapi tetep aja, pulang sekolah bareng.
Konflik
utama yang ditunjukkan pada sinopsis: empat sahabat ini mempunyai masalah yang
mirip.
Devon,
yang digembleng habis-habisan oleh ayahnya yang adalah mantan pemain sepak bola
terkenal—yang harus berhenti karena cidera, berusaha mati-matian tiap kali
latihan dengan sang ayah, dengan harapan agar bisa seperti si ayah.
Sophie,
yang berprofesi sampingan sebagai penulis novel, berjuang keras agar dapat
mengimbangi dan tidak mempermalukan nama besar sang ibu sebagai penulis
terkenal.
Agnes,
dengan segala kegemarannya memasak, berusaha agar orangtuanya mau menerimanya
sepenuhnya, bukan menyamainya dengan kakaknya.
Julian,
dengan segala obsesinya untuk mengejar sang kakak dan sang ayah dalam bidang Matematika
agar tidak mengecewakan keduanya dan bisa berkiprah di bidang yang sama.
Dari
situ bisa terlihat, bahwa keempat sahabat itu dituntut menjadi apa yang mereka pikir mereka bisa lakukan dengan baik,
padahal jauh di dalam diri mereka ada kemampuan lain yang bisa mereka
kembangkan dengan luar biasa.
Benar-benar
seperti bunga matahari yang mengikuti matahari.
Seiring
dengan berjalannya waktu, mereka mengalami dan menghadapi kesulitan dalam usaha
mereka. Tapi di situlah peran sahabat. Mereka menyadari kemampuan lain
sahabatnya, lalu berusaha menyadarkan mereka dengan caranya sendiri-sendiri.
* *
*
Kalau
kamu membaca novel ini dan mengharapkan kisah persahabatan yang berujung pada
cinta segi-4, maka kau salah. Novel ini tidak memuat unsur cinta segibanyak
yang biasa dimasukkan dalam novel persahabatan beda gender lainnya. Malahan,
unsur romance bisa dibilang sedikit. Yah, oke, memang kadang terlihat di
sela-sela kejadiannya.
Kisah
cintanya dimulai dengan pura-pura pacaran antara 2 orang tokoh tanpa rasa
cinta, hanya untuk status untuk melindungi salah satu dari mereka semata. Tapi
lambat laun, keduanya menyadari perasaan masing-masing.
Bagus,
saya suka novel ini. Walaupun konflik yang samaan antara 4 tokoh utamanya, tapi
memang itulah tujuannya. Alurnya juga berjalan lancar, tidak bertele-tele, dan
gampang dimengerti. Kisah yang sederhana, tapi lumayan menohok untuk
moralnya—jangan menjadi seperti orang lain untuk orang lain pula atau demi nama
orang yang kau tiru. Just be yourself.
Knowing others is intelligence;
Knowing yourself is true wisdom.
Mastering others is strength;
Mastering yourself is true power.
(Lao
Tzu)
A true friend knows your weakness, but shows you your
strength;
Feels your fears but fortifies your faith;
Sees your anxieties but free your spirit;
Recognize your disabilities but emphasizes your
possibilities.
(William
Arthur Ward)
My Rating :
Judul : Morning Light
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Penerbit :
Gagas Media
Tebal : 180 halaman
0 comments:
Posting Komentar