HATE
at first sight. Itulah definisi yang
tepat untuk menggambarkan Troy Mardian dan Gadis Parasayu. Mereka partner kerja
yang dinamis—sedinamis gejolak permusuhan yang terus meletup di antara mereka
berdua. Hanya satu persamaan mereka. Sama-sama nggak percaya dengan yang
namanya hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, astrologi, kartu tarot, feng
shui, atau apa pun sebutannya yang berhubungan dengan dunia pernujuman.
Lalu apa yang terjadi saat mereka terbangun pada suatu
Minggu pagi cerah, dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama dalam
kondisi bugil, plus cincin kawin yang melingkari jari manis masing-masing,
serta sepotong memori kabur tentang pernikahan yang mereka lakukan tiga belas
hari yang lalu?!
* *
*
Novel
kedua Karla M. Nashar yang saya baca setelah Bellamore.
Sedikit
beda dengan Bellamore yang terkesan sendu dan menye-menye, novel LHHP ini
terkesan kocak. Lucu, dengan bahasa yang mudah dimengerti, gampang diterima
lah, saya yakin semua yang membaca bisa menyelesaikannya dengan cepat. Dan,
novel ini sukses membuat saya senyam-senyum sendiri sampai di akhir. Mengapa? Let’s see...
Awal
cerita, Gadis Parasayu dimutasi dari kantornya, BPI (Biocell Pharmacy Indonesia) cabang Yogyakarta ke kantor pusat BPI
di Jakarta sebagai manajer humas. Wow, siapa yang mau menolak? Gadis pun
langsung diterima dengan baik di sana. Hanya satu yang mengganggunya, tak lain
adalah Troy Mardian, manajer marketing senior yang metroseksual dengan segala
perlengkapan kosmetiknya yang selalu stand
by di jok belakang Blue Jaguar-nya.
Perilaku
Troy yang sangat sok bule, sok higienis—hanya mau makan western food, menolak makan di luar selain di restoran ternama,
ngomong kebanyakan bahasa Inggris, barang-barang branded dari luar negeri dan hanya keterangan kewarganegaraan di
KTP-nya yang menunjukkan dia asli Indonesia—membuat Gadis benci setengah mati
dengannya. Sebaliknya, Troy juga membenci Gadis dengan segala sikap sinis dan
nasionalisme cewek itu.
Tapi
Troy yang unexpectedly have a bright
brain, sempat membuat Gadis terpana. Memang BPI sempat dikejutkan dengan
sebuah masalah atas dasar kecurangan dan ketidaksukaan kompetitor BPI, tapi
akhirnya Troy dan Gadis bisa menyelesaikannya—dan mereka diberi gelar The Dynamic Duo.
Itu
baru awal. Cerita sebenarnya, dimulai saat ulang tahun BPI. Kantor mengundang
berbagai macam atraksi, salah satunya aksi para gipsi dari Eropa. Seorang gipsi
tua memulai aksinya—yang berhubungan dengan sulap dan kekuatan magis. Troy dan
Gadis yang memang tidak mempercayai segala hal seperti itu, menertawakan si
gipsi. Si gipsi marah, dan mengutuk keduanya.
Apa
kutukannya? Voila! Bertunangan,
menikah, berbulan madu hingga 13 hari kemudian mereka terbangun dengan keadaan
bugil, berbaring bersebelahan, di tempat tidur yang sama! Wow, apakah ini benar
kutukan? Atau ini hanya ilusi semata?
* *
*
Ide
yang unik, walau sebenarnya tema ‘benci jadi cinta’ sudah biasa. Penyajian yang
sederhana. Saya juga jadi mengerti seperti apa itu bagian humas dan marketing.
Dan, senyam-senyum sendiri.
Yang
paling membuat saya terpingkal-pingkal adalah adegan ketika tingkah sok
higienisnya saat Troy berkunjung ke sebuah rumah makan Padang, atau saat dia
kepanasan, khawatir jas Armani-nya terkontaminasi kuman saat berkunjung ke
rumah salah satu konsumen yang memang kumuh. Asli, itu lebay banget!
Dan
kenyataan bahwa Troy punya set lengkap kosmetiknya yang selalu standby di jok belakang (kalau-kalau ada
kejadian tak terduga yang mengharuskan segala macam perawatannya itu rusak)!
Oh, tidaaaaak~!
Untuk
ending. Saya suka. Bikin kaget memang, tapi itulah letak surprisenya. Walaupun
masih dalam skala menggantung, tapi tidak butuh yang namanya sekuel. Sekuel
hanya akan bikin orang bosan. Jadi ya intinya, menggantung tapi tidak butuh
penjelasan lanjut. Pembaca pasti mengerti, dan dengan sukarela dan senang hati
melanjutkan ceritanya dengan imajinasi masing-masing!
Judul : Love, Hate, & Hocus-Pocus
Pengarang : Karla M. Nashar
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 halaman
0 comments:
Posting Komentar