Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tahun
: 2014
Tebal
: 336 halaman
Sinopsis
:
MEET THE
HERO
Ben
Barata. Sukses dengan kariernya dan berkehidupan mapan, tapi masih merasakan
kekosongan dalam hidupnya. Dan dia yakin kekosongan itu hanya bisa diisi oleh
Jana, cewek yang menghilang tanpa jejak setelah hatinya dia injak-injak
bertahun-tahun yang lalu. Dia bertekad untuk bertekuk lutut meminta maaf dan
mendapatkan kesempatan kedua engan Jana… Namun, bagaimana dia bisa melakukannya
tanpa membuat Jana mengambil langkah seribu ketika melihatnya?
MEET
THE HEROINE
Jana
Oetomo. Ibu dari sepasang anak kembar yang bandelnya setengah mati dengan
sebuah rahasia yang memberikan definisi baru pada ungkapan “skeletons in the
closet”. Namun sepertinya rahasia itu tidak bisa tetap terkubur, terutama
ketika Ben, orang terakhir yang dia inginkan mengetahui rahasia itu, tiba-tiba
muncul kembali dalam kehidupannya. Dan dia lebih baik mati daripada membiarkan
Ben dekat-dekat dengannya lagi.
Review:
Seperti
dalam sinopsisnya: Ben dan Jana. Dan seperti tagline-nya: ‘He wants her. She
hates him. Together they have a… DIRTY LITTLE SECRET’.
Jana
bertemu Ben ketika ia kuliah di Iowa State, Amerika. Sifat Ben yang langsung
bisa akrab dengan siapapun juga ampuh terhadap Jana. Mereka akrab, lalu
pacaran. Dan di Amerika, berhubungan badan di luar nikah tidak dilarang. Awalnya
baik-baik saja, tapi ternyata ada kesalahan sehingga Jana hamil. Ben yang belum
siap menyandang status sebagai ayah (apalagi dengan kuliahnya yang masih belum
selesai) menyuruh Jana menggugurkan kandungannya. Jana yang marah dan
menganggap Ben tidak bertanggungjawab, akhirnya pergi begitu saja, kembali ke
Jakarta dan mengirim email pada Ben
yang berisi pernyataan bahwa ia sudah menggugurkan kandungannya.
Ditinggal Jana, Ben merasa hidupnya hampa. Walau kariernya sukses dan berkecukupan, ia tak bisa berhenti merindukan Jana. Akhirnya delapan tahun kemudian, ia pergi ke Jakarta untuk mencari Jana. Misinya hanya: minta maaf dan membuat Jana kembali lagi padanya. Apakah ia berhasil menemukan Jana? Apakah ia sanggup membuat Jana tidak marah lagi padanya? Apakah ia sanggup bertahan dan menerima kenyataan, ketika ternyata saat ia berhasil menemukan Jana dan memeluknya, ia mendapati sepasang anak kembar—yang diakui Jana adalah anaknya sejak tujuh tahun yang lalu?
Dia sudah mementingkan diri sendiri delapan tahun lalu, dia tidak akan melakukannya lagi Dengan satu tarikan napas, Ben melakukan sesuatu yang dia tidak pernah lakukan sebelumnya: terjun ke dalam air yang dia tidak tahu kedalamannya.
Jujur,
sampai ketika saya membaca The Devil In
Black Jeans (saya sempat tergoda oleh sifat protektif dan sisi bad boy Johan), favorit saya tetap Kafka
dan cerita Crash Into You. Tapi
begitu membaca ini… ah, saya goyah. Saya suka bagaimana meluapnya rasa sayang
Ben untuk Jana; kesungguhan Ben kepada Jana dan anak-anaknya: Erga dan Raka. Saya
menikmati setiap tingkah, setiap kata, setiap perasaan yang ditumpahkan Ben
pada Jana dan anak-anaknya. Saya merasakan kedewasaan Ben yang tadinya tak mau
punya anak, tapi kemudian berubah menjadi super penyayang, bertanggungjawab, dan
bisa diandalkan.
Bahkan
saya menikmati detik-detik emosi ketika adegan yang melibatkan papi Jana yang
keras, kaku dan menyebalkan itu. Dan, favorit saya : setiap adegan yang
melibatkan Ben, Erga dan Raka. Interaksi antara ketiganya (dan juga Jana, sebenarnya)
benar-benar secara alamiah menunjukkan mereka sepatutnya menjadi satu keluarga.
Erga dan Raka yang mewarisi sifat bandel Ben tapi tetap berbeda walaupun mereka
kembar: Erga yang lebih sensitif dan tenang dibanding Raka yang terbuka dan
blakblakan.
Ah,
betapa lucunya anak-anak kecil. Mereka polos, betapa kata-kata yang dilontarkan
bisa membuat dada sesak dan haru.
“Om Ben.”
“Ya, Raka?”
“Gimana sih rasanya punya ayah?”
…..
“Um.. kamu tau gimana Optimus Prime
selalu bisa buat kita ngerasa aman? Bahwa kalo dia ada, kita tahu nggak akan
ada yang bisa nyakitin kita?”
Raka mengangguk.
“Ya, itulah yang Oom rasa tentang ayah
Oom. Dia Optimus Prime-nya Oom Ben.”
Konflik
kali ini memang lebih berat dibanding cerita-cerita sebelumnya. Lebih beremosi,
lebih ‘gila’—seperti diakui sang pengarang sendiri di halaman pertama bukunya. Yup,
emosinya saya rasakan: turun naik. Sesak rasanya membaca ketika kedua orang ini
saling mencintai tapi keadaan seperti mengulur-ulur sehingga tidak bersatu.
Emosi terasa dari dua pihak: Jana dan Ben. Betapa Ben yang merindukan 7 tahun
kehilangan masa-masa bersama Erga dan Raka, betapa ia merasa bersalah
meninggalkan Jana sendirian mengurus anak, betapa ia merasa tak becus menjadi
sosok ayah. Dan, betapa hati Jana terluka delapan tahun lalu, betapa beratnya
ia mengurus anak kembar sambil bekerja, betapa ia harus berbohong dan kesusahan
saat si anak bertanya, “Ayah dimana?”
….dan menghujankan berjuta-juta ciuman pada wajah mereka. Dia tahu tindakannya ini mungkin sudah membuat mereka malu atau takut karena seorang ayah tidak seharusnya mencium anak laki-laki mereka dan menunjukkan kasih sayang sampai sebegini intensnya, tapi dia tidak peduli. Dia mencintai anak-anaknya setengah mati.
AliaZalea
memang salah satu favorit saya sejak Blind
Date-nya. Ciri khas penulisannya juga masih tetap ada dalam karyanya yang
satu ini: tokoh utama yang sudah pasti hanya 2 (maksud saya, tak ada saingan
atau orang luar dalam percintaan mereka); banyaknya dialog bahasa Inggris (yah,
dimaklumi karena kedua tokohnya sama-sama kuliah di Amerika); penulisan kalimat
yang saya rasa “AliaZalea sekali”—yang rada kaku dan mirip terjemahan tapi
sekarang lebih baik dan tidak terlalu seperti novel terjemahan; dan adegan hot
serta kata-kata sumpah serapah yang jauh lebih vulgar dan frontal dibanding
novel-novel sebelumnya.
“Cinta” dan “jatuh cinta”, dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya, padahal artinya berbeda sama sekali. Kita mungkin mencintai orangtua, adik, kakak, atau teman karena mereka adalah bagian hidup kita, tapi kita hanya akan jatuh cinta dengan orang yang membuat kita tidak bisa membayangkan hidup tanpa mereka.
Overall,
saya suka semuanya. Kegilaan konflik ini, emosinya, karakter-karakternya yang
kuat, dan plotnya yang rapi.
Rate :
4.5/5
0 comments:
Posting Komentar