Summer Breeze |
Sinopsis:
Reina, cewek cantik bak bidadari. Kedatangannya dari Amerika sungguh mengejutkan si kembar Ares dan Orion. Reina lah yang 10 tahun ini menjadi fantasi terindah si kembar.
Ares. Preman kampus. Banyak musuhnya bo! Skeptis dan emosional. Seumur hidup dicap bodoh oleh semua orang. Hubungan dengan ayahnya kian hari kian buruk. Bagi keluarganya, masa depan Ares gelap, segelap malam yang paling buta.
Orion. Bintang basket, penerima beasiswa, sekaligus cowok populer di kampus. Sifatnya berkebalikan 180° dari saudara kembarnya. Bagi keluarganya, masa depan Orion cerah, secerah matahari.
Reina sayang pada Ares dan Orion. Tapi cinta Reina hanya tersemat pada satu orang. Yup! Reina telah memilih, bahkan sudah sejak sepuluh tahun lalu... ketika mereka sama-sama membuat surat permohonan. Nggak nyangka... pilihan Reina malah membuatnya menangis. Wuahh... masalah? Of course!!! Reina bertahan? Let's see...
[ SPOILER ALERT !! ]
Mengisahkan tentang dua saudara kembar bernama Ares dan Orion. Mereka semenjak kecil berteman akrab dengan seorang gadis bernama Reina. Dan yah namanya temen sejak kecil, masa nggak ada perasaan apa-apa? Orion suka sama Reina, tapi Reina suka sama Ares. Yah, cinta segitiga gitu deh.
Namun karena tugas ayahnya, Reina kecil harus pindah ke Amerika. Bagi Ares, Reina adalah satu-satunya orang yang dapat mengerti dirinya. Kepergian Reina, membuat Ares kesal, marah dan menganggap Reina adalah pengkhianat. Terlebih, Reina tidak pernah memberi kabar. Ares bahkan menganggap Reina tak akan pernah kembali, dan ia pun berusaha memusnakan sosok Reina dari ingatannya. Sementara Orion terus berharap dan optimis bahwa Reina akan kembali.
Seiring waktu berlalu, Ares dan Orion tumbuh besar.
Orion selalu disayangi orang-orang karena kepintarannya, keahliannya dan lain-lain yang bikin Ares iri. Ares sering teringat bahwa bahkan sampai dewasa ia belum pernah ke Dufan, tapi Orion sering banget ke Dufan bareng orangtua mereka. Mengapa? Karena Ares harus membaca buku dulu sampai selesai, baru ia diperbolehkan ikut. Bayangkan! Orangtua macam apa tuh?
Tapi Reina... Datangnya Reina menyadarkan Ares, bahwa masih ada orang lain yang mencintainya, yang menyayanginya, yang mengharapkan kehadirannya. Reina sangat mencintai Ares, tidak memedulikan keheranan banyak orang mengapa ia tidak memilih Orion.
Ares pun kini mempunyai semangatnya lagi. Dia ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi pilot. Dia bekerja dan mengumpulkan uang untuk dapat membiayai dirinya masuk sekolah pilot di Deraya, sekolah penerbangan yang ada di bandara Halim Perdana Kusuma. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu mewujudkan cita-citanya.
Hingga suatu hari, Orion dikeroyok oleh sekelompok preman karena suatu masalah. Ares melihatnya, dan berusaha menolong Orion. Tapi sialnya, seseorang memukul kepala Ares, hingga Ares terjatuh berlumuran darah yang keluar dari kepalanya. Ares dibawa ke rumah sakit, untungnya ia sembuh walau sempat koma.
Dua bulan setelah Ares pulang, Reina selalu mendampinginya. Karena keadaan Ares tidaklah membaik. Tidak seperti Ares yang dulu, kini Ares harus mendapat bantuan orang lain untuk melakukan kegiatannya. Suatu hari, Ares mengajak Reina berjalan-jalan di taman. Reina merasakan hangatnya tubuh Ares. Reina benar-benar senang Ares bisa sesehat ini. Mereka sampai di taman. Reina melepaskan tangan Ares lalu dia duduk di bawah pohon perjanjian mereka. Kemudian Ares merebahkan diri. Reina merasakan keadaan Ares kembali memburuk. Napasnya tersengal seperti kemarin, dan tak ada lagi senyum cerah di wajahnya. Reina takut. Melihat kondisi Ares, Reina mengajaknya pulan, tapi Ares malah mengulurkan tangan agar Reina menyambutnya. Reina mengikutinya, lalu merebahkan dirinya disamping Ares.
Ares masih merasakan kesadarannya. Tapi dada dan kepalanya terasa sangat sakit. Hingga, Ares merasa sudah merasa tak sanggup menahan sakitnya. Dia berusaha mengatakan sesuatu kepada Reina. Ares menghela napas, lalu mengumpulkan tenaga lagi, dia mulai bernyanyi. Reina meresapi kata-kata Ares lagi. Tapi kemudian, Reina menyadari sesuatu. Ia merasakan sekujur tubuh Ares dingin dan kaku. Ya, Ares sudah meninggal. Ares yang disayanginya sudah meninggalkannya. Reina menangis.
Setelah itu, ayah dan ibu Ares baru menemukan surat berlabelkan sekolah penerbangan, yang berisi brosur, copy formulir, dan juga surat pengantar. Semua tak ada yang percaya bahwa Ares memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pilot, dan dia berhasil membuktikan pada semua orang bahwa dia mampu.
Dan seakan belum cukup, dokter umum yang dulu sering menerima keluhan Ares, saat datang ke pemakaman mengatakan bahwa Ares pengidap disleksia dari sejak kecil. Jelas, Ayah, Ibu dan Orion shock berat. Selama ini mereka menyangka Ares anak bodoh atau ber-IQ rendah.
Ares sering mendapat perlakuan tak adil karena dia menderita disleksia. Orangtuanya sangat menyesal, tak menyadari tanda-tanda disleksia pada Ares kecil. Orion juga merasa bersalah karena dulu dia malah selalu berusaha menjadi lebih dari Ares. Seumur hidup Orion sudah bertarung dengan Ares dalam hal apa pun, tapi pada akhirnya memang Ares lah yang pantas menjadi juaranya.
Orion menatap Reina yang masih memandangi pusara Ares yang dipenuhi bunga. Orion tahu Reina pasti sangat terpukul karena kehilangan Ares, karena dialah orang terakhir yang berada di samping Ares menjelang ajalnya.
Orion dan Reina masing-masing meletakkan mawar di atas pusara Ares. Sampai akhirnya, Reina tersenyum, lalu bersama Orion pergi dari pemakaman, meninggalkan cintanya.
Huaaa, so sad T^T. Seperti biasa, Orizuka emang jago banget bikin air mata mengucur derasnya. Novel ini ngena banget di hati, makanya pengen nulis reviewnya lebih panjang ^^. Dari awal baca novel ini, tiap baca adegan Ares yang diejek-ejek, diperlakukan nggak adil, rasanya nyesek banget.
Rating :
Rating :
Judul : Summer Breeze
Pengarang : Orizuka
Penerbit : Puspa Swara
Halaman : 216 halaman
ISBN : 979-24-4862-4
0 comments:
Posting Komentar